Happy reading
•••Setelah ambulans datang, Kelvin segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Dan sesampainya di rumah sakit, ia langsung mendapatkan perawatan intensif dari para dokter dan perawat yang berusaha keras untuk menyelamatkan nyawanya. Sementara itu, di depan ruang gawat darurat, Zean berusaha menenangkan Vano yang masih terus menangis. Vano begitu menghawatirkan keadaan kakaknya, ia bahkan tidak memperdulikan keadaannya sendiri yang sekarang terlihat sangat kacau, ditambah seragamnya kini sudah dilumuri darah Kelvin.
"Tidak apa-apa. Kelvin pasti selamat... Jangan nangis lagi, Vano."
"Hiks... Vano takut kak."
Zean menepuk punggung Vano dengan lembut. "Kita berdoa yang terbaik saja untuk Kelvin."
Vano akhirnya mengangguk lemah. Tangannya menghapus air matanya dengan lembut. Melihat Vano yang sudah tenang, Zean akhirnya menghela nafas lega.
"Kakak ada urusan sebentar. Vano bisa menunggu sendiri kan?" Sebenarnya Zean tidak ingin meninggalkan Vano seorang diri disini, tapi ada hal yang benar-benar mendesak yang harus ia urus.
"Iya kak," jawab Vano lirih.
Zean berdiri dan mengusap rambut Vano. "Kalau ada apa-apa langsung telpon kakak."
Vano mengangguk mengerti. Ia memandang punggung Zean yang semakin jauh dan akhirnya menghilang di ujung lorong rumah sakit.
Saat matanya masih memandang ujung lorong, ia melihat tiga siluet pria yang berlari dengan cepat ke arahnya. Setelah melihat mereka dengan jelas, Vano menghela nafas lega. Itu adalah ayahnya beserta kedua kakaknya.
"Ayah--" Vano berdiri bermaksud memeluk Herson, tetapi satu tamparan dengan kekuatan penuh menghantam wajahnya yang lembab.
Herson menatap Vano dengan wajah memerah karena amarah. Di belakangnya, Gema dan Devon juga menatap Vano dengan dingin.
Vano memegang wajahnya yang terkena tamparan Herson. Ia menatap ayahnya itu dengan mata berkaca-kaca. "K-kenapa ayah menamparku?"
"Kau..! Apa yang kau lakukan kepada Kelvin. Apakah kau ingin membunuhnya?!"
Vano membulatkan matanya mendengar nada tegas dan dingin dari Herson. "Aku-- aku tidak.."
"Tidak usah ngeles lagi, kami sudah melihat buktinya!" Devon menunjukkan layar ponselnya kepada Vano. Vano membaca deretan kalimat dan gambar yang ada di ponsel Devon, dan di detik itu juga air mata Vano kembali luruh.
'BREAKING NEWS
SEORANG SISWA ANAK DARI PENGUSAHA KAYA RAYA BERINISIAL "RA" DENGAN SENGAJA MENDORONG ANAK PENERIMA BEASISWA INISIAL "K" DARI ROOFTOP SEKOLAH
MOTIFNYA ADALAH KARENA PELAKU IRI KEPADA KORBAN, SEHINGGA PELAKU BERNIAT MELENYAPKAN SI KORBAN.
SEKARANG KORBAN SUDAH DI LARIKAN KE RUMAH SAKIT. MOHON DOAKAN AGAR KORBAN SELAMAT DAN UNTUK PELAKU, AGAR SEGERA DI TINDAK LANJUTI...
Berikut adalah bukti gambar si pelaku yang sedang mendorong korban'
"I..itu tidak benar! Vano tidak mendorong kak Kelvin, kalian harus percaya kepadaku."
Vano menatap ketiga orang yang ada di depannya dengan bergantian, matanya terlihat sayu dan basah. Bibirnya bergetar menahan isakannya.
Ketiga pria itu hanya bergeming.
Setelah beberapa menit di landa keheningan, Gema berucap dengan nada datar. "Kakak kecewa padamu Vano. Kakak pikir kamu tidak akan melakukan hal kotor seperti ini, ternyata kamu punya hati yang busuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...