12. Itu hanya mimpi, lalu?

15.8K 1.2K 67
                                    

Happy reading

•••

"Crystal akan tinggal bersama kita selama beberapa minggu kedepan. Apakah kau keberatan?"

Vano mendongak dengan cepat, menatap Herson tidak mengerti. Sedangkan, Herson yang duduk disamping nya terlihat menunggu dengan sabar. Matanya tidak pernah lepas dari wajah kecil Vano.

Sekarang mereka ada di dalam mobil yang dikendarai oleh Bagas. Mereka pamit dan berpisah dengan Jack serta Crystal yang juga akan pulang ke rumah, karena malam semakin larut. Tidak baik bagi anak-anak keluar terlalu malam.

Setelah berdiskusi dengan Jack tentang masalah Crystal, akhirnya Herson menyetujui ide Jack dengan mengijinkan putri semayang Jack untuk tinggal bersama mereka selama beberapa minggu kedepan.

Rencananya, besok Jack akan membawa Crystal ke apartemen mereka untuk tinggal selama sekitar tiga minggu kedepan. Herson memang belum menceritakan masalah itu kepada Vano.

Sebenarnya Herson hanya berbasa-basi saat menanyakan pendapat Vano tentang hal itu. Tidak mungkin anak bungsunya menolak diberikan seorang teman saat ia sedang kesepian kan? Bagaimanapun ia sudah menerima tawaran Jack, tidak baik menolak.

Vano tersadar dan segera mengangguk dengan kaku, "B-baiklah.."

Disampingnya Herson mengernyit, lalu berkata dengan penasaran "Langsung setuju? Tidak menanyakan alasan, mengapa Crystal tinggal dengan kita?"

"Tidak perlu, Ayah. Apapun alasannya, jika ayah sudah mengijinkan sesuatu, maka terjadilah! Aku baik-baik saja." Di akhir kalimatnya Vano tersenyum tulus.

Herson selalu merasa putra bungsunya terlalu berhati-hati saat bersamanya seakan takut jika Vano salah kata dan memancing amarahnya. Pria itu merasakan sakit di hatinya seakan ditusuk oleh seribu jarum tumpul. 'Apakah selama ini ia adalah ayah yang jahat? Sehingga membuat putranya takut kepadanya! Ia merasa buruk.

Suasana di dalam mobil seketika hening. Herson sedang berperang dengan pikirannya, sedangkan Vano mengalihkan pandangannya ke arah kaca mobil. Dari pantulan kaca, terlihat senyum kemenangan di wajah kecilnya yang tampan.

'Akting ku bagus juga. Sepertinya aku sudah cocok menjadi pameran utama disebuah drama haha..'

Semakin Vano terlihat menyedihkan, maka Herson terlihat semakin merasa bersalah. Itu adalah tujuan Vano sedari awal. Sedikit lagi, setelah itu Herson akan sepenuhnya jatuh di dalam genggamannya.

(⁠✧⁠Д⁠✧⁠)⁠→

Pagi hari.

Vano bangun dengan erangan kecil. Anak itu menggosok matanya untuk menyesuaikan cahaya. Melirik kiri dan kanan, ia mengangkat alis karena tidak melihat Herson di dalam kamar.

Perlahan ia turun dan melangkah dengan kaki kecilnya. Ia menyusuri seluruh ruangan, tetapi tidak ada seorangpun di dalam apartemen.

Mengelus perutnya yang sudah berbunyi sedari tadi. Dengan cemberut, Vano berjalan ke dapur. Mencari sesuatu yang bisa dimakan di dalam kulkas.

Udara dingin menyapa wajahnya saat pintu kulkas dibuka, Vano mengambil apel hijau dari wadah dan berniat menutup kulkas kembali. Tapi pergerakan nya berhenti kala matanya tak sengaja melihat sesuatu. Tanpa sadar tangannya bergetar saat mengambil benda itu.

Itu adalah sebuah susu dalam kotak kemasan.

Susu yang sama persis dengan yang dia minum saat dia berada di dunianya.

Susu basi yang sialnya, membuat dirinya berada di dunia sekarang.

Vano yakin, sebelumnya susu ini tidak ada disini.

REVANO || Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang