Happy reading
•••
"Ibu... Ibu~ Apakah adik di perut ibu perempuan? Gema ingin sekali memiliki adik perempuan, seperti teman-teman yang lain, bu." Gema yang saat itu berusia 10 tahun bertanya dengan antusias kepada ibunya yang tengah mengandung. Intan tersenyum misterius sambil mengelus kepala Gema dengan sayang.
"Ibu belum tahu, sayang. Biarlah itu menjadi kejutan untuk kita semua nantinya," jawab Intan hati-hati.
Ia memang belum melakukan USG sama sekali, meskipun kehamilan nya sudah menginjak usia delapan bulan. Karena menurutnya gender anak itu tidak penting. Yang terpenting baginya adalah, anak yang ia kandung harus keluar dengan selamat dan tidak ada cacat apapun.
Gema mengelus perut Intan dan bergumam rendah, "Kak Gema harap kamu adalah perempuan... Kak Gema janji, jika kamu sudah lahir ke dunia nanti, kakak akan menjadi orang pertama yang menyambut dan menjadi pelindungmu!"
Gema berhenti sejenak, untuk menarik nafas. Ia melanjutkan, "Kamu juga nantinya punya empat kakak laki-laki yang sayang sama kamu. Kak Gema akan memastikan kamu selalu bahagia, dan tidak menyesal karena sudah lahir ke dunia ini."
Intan menggenggam tangan kecil Gema dan memandang manik mata sulungnya itu dengan intens. "Sayang... Jangan terlalu berharap dulu, adik kamu di kandungan ibu belum tentu perempuan, nak." ucap Intan memperingatkan.
Gema membalas tatapan Intan dengan tegas. "Tapi Gema percaya jika adik dalam kandungan ibu adalah perempuan. Lagipula aku sudah punya tiga adik laki-laki, sekarang yang aku inginkan adalah adik perempuan...!"
"Ya, semoga aja. Ibu hanya tidak ingin kamu kecewa sayang." Intan menarik Gema ke dalam pelukannya. Gema dengan hati-hati membalas pelukan ibunya, ia juga menahan tubuhnya agar tidak menekan perut ibunya.
"Gema ...."
"Iya, Bu?"
"Bagaimana jika adik kamu ini laki-laki?"
Gema melepas pelukannya dan memandang perut buncit Intan dengan nanar. "Maka... Gema tidak punya pilihan lain selain menerima adik laki-laki lagi."
Sebelum Intan bersuara Gema sudah melanjutkan dengan cepat. "Lagipula kalau dipikir-pikir, punya satu saudara laki-laki lagi tidak terlalu buruk. Kita berlima bahkan bisa membentuk sebuah tim basket, ayah akan menjadi wasitnya dan ibu penontonnya." Gema berujar dengan senyum tipis, meski di dalam hatinya ia masih begitu menginginkan sosok adik perempuan.
Intan tersenyum lega, "Kamu memang anak ibu." Ia memeluk Gema sekali lagi sembari memberi satu kecupan di pucuk kepala Gema.
"Ibu jadi tidak sabar menunggu kelahiran adik kamu. Pasti rumah akan semakin ramai nantinya."
Gema terkejut saat melihat bulir kristal jatuh dari sudut mata Intan. Dengan segera ia menghapus air mata Intan dengan jari-jarinya. "Ibu kenapa nangis?"
"Ibu hanya terharu sayang..." Intan menarik nafas dan mendongak guna menghalau air matanya yang akan keluar lagi.
"Kenapa perasaan ku tidak enak, ya."
••
Tok Tok Tok
Suara ketukan yang lembut mengagetkan Gema dari dalam tidurnya. Ia bangkit dan tanpa sadar memegang jantungnya yang berdetak tidak terkendali entah karena apa. Mungkinkah karena ia baru saja memimpikan secuil memori masa kecil dengan ibunya tercinta?
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...