Happy reading
•••
Selama tinggal di dunia ini, Vano merasakan adanya kemiripan dengan dunianya sebelumnya. Bisa dibilang benar-benar mirip, nama kota dan negara-negara di sini bahkan sama dengan dunianya. Bedanya mungkin hanya manusia yang tinggal di dunia ini. Ia belum melihat wajah yang akrab dari beberapa orang yang sudah ditemui di tempat ini.
Jadi Vano berpikir, apakah ini memang dunia yang sama tetapi berbeda dimensi?
Jika memang iya, Vano tidak bisa berlama-lama di dunia ini. Ia tidak tau kemungkinan apa yang akan terjadi di dunianya. Apakah ayah dan bundanya baik-baik saja? Apakah disana ia sudah meninggal?
Mengenai pertanyaan terakhir, Vano langsung menampik. Re mengatakan jika dia bisa menyelesaikan misi maka jiwanya akan dikembalikan. Jadi tidak mungkin Vano sudah meninggal.
Re tidak mungkin berbohong kepadanya!
Kembali ke sisi Vano. Saat ini mereka ada di pesawat, menuju kota yang akan mereka tempati selama Herson berbisnis. Kota yang akan mereka tempuh adalah kota Rochester. Butuh waktu sehari satu jam lebih untuk sampai di kota tersebut. Jadi selama di pesawat Vano menghabiskan waktunya untuk tidur, dan sesekali mengajak Herson mengobrol guna mengurangi kecanggungan diantara mereka.
Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya mereka tiba di Bandara Internasional Rochester. Tempat yang mereka tuju selanjutnya adalah apartemen yang sudah disiapkan oleh sekretaris Herson sebelumnya.
Di bandara yang terlihat sangat ramai, seorang pria berjalan dengan tangan menggendong seorang anak yang tertidur pulas di bahunya. Herson berjalan menuju parkiran, diikuti oleh pak supir yang tengah menyeret dua koper milik Herson dan Vano.
Setibanya di parkiran, mereka langsung disambut oleh seorang pria tampan yang berumur 30-an. Pria tersebut adalah Luke Wiston, ia merupakan salah seorang kepercayaan Herson. Luke akan menemani perjalanan Herson dan mengurus keperluan mereka selama di negara ini.
"Sebelah sini tuan." Luke tersenyum sambil mengarahkan mereka ke mobil yang sudah terparkir rapi.
Herson mengangguk.
Melihat anak yang tertidur di bahu Herson, Luke berinisiatif untuk menggendong anak itu. Agar Herson lebih leluasa dan tidak merasa lelah karena beban Vano.
Tetapi Herson menolak dengan tegas. Dengan alasan takut membuat Vano bangun, "Jika dia bangun, dia pasti rewel. Aku benci itu!"
Luke tersenyum, dan mengangguk mengerti.
Mereka masuk ke mobil.
Perjalanan dari bandara ke apartemen hanya memakan waktu setengah jam. Setelah 30 menit berada di mobil akhirnya mereka sampai ke apartemen.
Herson mengikuti Luke dengan membawa Vano yang masih tertidur di pelukannya. Di lantai pertama beberapa orang yang melihat Herson, berdecak kagum sambil membisikkan kata, "Suami idaman."
Pasalnya, wajah dewasa Herson yang masih sangat tampan terlihat lebih tampan dan berwibawa, saat Vano ada di pelukannya. Dari luar mereka terlihat seperti pasangan ayah dan anak yang sangat harmonis. Sehingga membuat semua orang iri.
Herson mengabaikan bisikan-bisikan itu. Mereka berjalan ke lift menuju lantai atas. Kamar mereka berada di lantai paling atas, sesuai permintaan Herson.
Ting!
Bunyi lift terdengar saat mereka sudah sampai ke lantai atas. Luke menunduk dan mempersilahkan Herson berjalan dahulu. Herson melangkahkan kakinya dengan stabil. Dan berhenti di kamar nomor 1046.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...