Happy reading
•••
Di kamar Alex, Re yang masih berusaha mencari celah agar bisa keluar dari sangkar besi dengan menggunakan kedua cakarnya tersentak kaget saat seseorang datang sambil membanting pintu. Ia menoleh terkejut ke arah Alex yang berjalan ke arahnya dengan wajah memerah menahan amarah."Mampus! Apakah orang itu marah kepada ku karena aku berusaha kabur lagi?" Dengan pemikiran seperti itu, diam-diam, Re menurunkan tangannya yang masih memegang sangkar itu. Kucing hitam itu berjalan mundur sambil menatap Alex dengan waspada.
Sedangkan Alex tidak mengatakan apa-apa saat melihat reaksi kucing itu. Menghela nafas pendek, Alex jongkok tepat di depan sangkar besi dimana Re di kurung. Tangannya bergerak membuka gembok yang terkunci, saat itu terbuka ia menarik Re ke pelukannya dan membawa kucing hitam itu ke kasur.
Re berusaha berontak dari pelukan Alex, "Lepaskan!"
"Apakah kamu benar-benar tidak betah bersama ku?" Alex menatap Re dengan pandangan lurus.
"Tidak- Aku tidak suka di kurung setiap hari seperti itu!" Re meraung marah.
Melihat kucing di tangannya tidak berhenti bergerak, Alex melepaskan pelukannya. Karena begitu tiba-tiba, Re terjatuh ke kasur, ia ingin memaki Alex tetapi berhenti saat anak remaja itu mengatakan sesuatu.
"Baiklah... Kamu boleh bebas sekarang."
Alex berkata tanpa berekpresi. Re yang mendengar nya terpana sejenak, ia mendongak menatap mata phonenix Alex yang juga sedang menatapnya. Sedetik kemudian Re tersadar, apakah ia sudah bebas? Semudah itu?
"Awalnya aku merawatmu karena aku kesepian. Haha... Aku begitu bodoh, hanya karena merasa kesepian aku membawa hewan aneh yang bisa berbicara seperti mu! Melupakan fakta kenapa seorang kucing bisa berbicara seperti manusia. Memang aneh, tapi setidaknya aku bisa terhibur sedikit."
Apa? Tunggu! Apa yang baru saja orang itu katakan adalah, dia bisa mendengar isi hati Re? Mengapa bisa, bukankah hanya Vano yang bisa mendengarnya? Sejak kapan dia bisa mendengarnya?
Re merasakan bulu-bulunya berdiri. Ia menatap Alex dengan was-was. Melihat perubahan Re, Alex tidak berhenti, ia melanjutkan dengan suara rendah, "Maaf karena selalu mengurung mu, kamu pasti tidak nyaman kan? Sekarang keinginan mu sudah terwujud, kamu bisa pergi mencari pemilik mu sebelumnya.. Aku tidak akan menahan mu lagi."
DEG!
Re segera mengerti situasinya. Mengabaikan kesenangan nya karena sudah dibebaskan, ia malah mendekati Alex sambil menatapnya penasaran.
"Apakah kamu benar-benar bisa mendengar perkataan ku? Jika iya, coba anggukkan kepala mu." Re berkata dengan penuh instruksi.
Setelah ia selesai mengatakan kalimat itu, Re menahan nafas karena Alex hanya diam saja. Apakah dia tidak mendengar nya? Saat ingin memikirkan lebih jauh lagi. Mulut kecil Re ternganga karena melihat Alex mengangguk dua kali. Orang itu benar-benar bisa mendengar perkataan nya!
"K-Kenapa bisa?"
Re bisa merasakan bibirnya kucingnya berkedut karena kaget. Ia tidak menyangka situasi seperti ini benar-benar terjadi. Itu diluar nalarnya.
Alex menggeleng, "Aku juga tidak tahu."
"Apakah cuma kamu yang mendengar ku selama ini? Pelayan mu itu, dia tidak bisa mendengarnya?" Re bertanya lagi.
"Tidak. Sepertinya hanya aku." jawab Alex apa adanya. Ia juga bingung, tetapi tidak bisa mengekspresikan nya.
Re menghela nafas pendek, "Sejak kapan kau bisa mendengar ku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...