Happy reading•••
Setelah menghabiskan waktu weekend di mansion Alldarick ,Vano diharuskan kembali ke asramanya karena di surat izin dikatakan batas kembali ke asrama yaitu hari minggu pukul sebelas malam. Sekarang sudah jam lima sore hari, di kamarnya Vano terlihat tengah bersiap-siap untuk kembali ke asrama. Jarak antar mansion dengan asrama SHS membutuhkan sekitar kurang lebih empat jam perjalanan, oleh karena itu Vano harus kembali lebih awal agar tidurnya tidak terganggu.
Sedangkan Kelvin masih menjalankan hukuman dari ayahnya jadi kakaknya itu mungkin mengambil cuti selama seminggu. Sebenarnya Vano sudah mencoba membujuk Herson agar mencabut hukuman Kelvin, tetapi ayahnya itu tidak menggubris nya. Katanya Kelvin seharusnya akan dibebaskan setelah satu hari dikurung, tetapi setelah mengetahui fakta jika ketiga anaknya yang lain mengunjungi Kelvin secara diam-diam jadilah hukuman untuk Kelvin tetap, tidak dikurangi atau ditambah.
Kembali ke sisi Vano.
Pemuda berumur hampir 16 tahun itu sekarang sudah selesai berkemas. Ia saat ini mengenakan hoodie abu polos yang dipadukan dengan celana cargo warna hitam. Dipunggung nya terdapat tas hitam yang berisi beberapa pasang baju untuk dibawa ke asrama.
"Sudah siap?"
Vano menoleh dan mendapati Herson berdiri didepan kamarnya. Dengan segera ia menghampiri Herson dengan senyum yang menghias wajahnya.
"Sudah ayah."
Herson balas tersenyum sembari mengusap kepala Vano. "Hati-hati di jalan ya nak. Kabarin ayah kalo sudah sampai di asrama."
Vano mengangguk singkat. "Baik yah."
"Makan dulu sebelum pergi." pesan Herson yang langsung diiyakan oleh Vano.
Mereka berdua turun ke bawah untuk makan. Sesekali Herson melontarkan beberapa candaan receh khas bapak-bapak untuk mengisi keheningan selama di perjalanan menuju ruang makan.
Di ruang makan Devon dan Gema yang melihat kedatangan mereka menyambut dengan senyum lebar. Setelah bertukar sapa, mereka langsung makan dengan keheningan di meja makan, hanya sesekali terdengar suara dentingan sendok yang bertemu dengan piring, khas orang yang sedang makan.
Setelah selesai makan Vano langsung berangkat bersama salah kedua bodyguard nya.
..
Vano sampai di asrama pukul sembilan malam lewat beberapa menit. Sesampainya di kamarnya langsung saja Vano merebahkan tubuhnya di kasur miliknya dengan nyaman.
Raden yang baru keluar dari kamar mandi menghampiri Vano yang masih berbaring.
"Baru dateng Van?"
"Hmm." Vano hanya bergumam karena ia masih lelah.
"Mandi dulu baru tidur Van." Raden yang melihat Vano hendak terlelap berujar dengan lembut.
"Besok pagi aja, lagian tadi sebelum kesini Vano udah mandi kok." jawab Vano dengan mata terpejam. Mendengar itu Raden mengangguk dan ikut merebahkan tubuhnya di kasur miliknya sendiri tetapi sebelum itu ia mengambil sebuah buku bacaan dari atas nakas.
Beberapa menit kemudian terdengar suara dengkuran halus dari Vano.
Raden melipat buku yang ia baca, dan dengan perlahan ia menoleh ke arah Vano yang tengah tertidur pulas. Matanya menatap Vano dengan tatapan yang sulit diartikan. Setelah beberapa saat Raden memalingkan wajahnya dan mulai tertidur.
***
Vano duduk dimejanya sembari menopang dagu menghadap jendela. Teman sekelasnya satu persatu mulai berdatangan sehingga kelas yang tadinya sepi menjadi ramai. Vano mengabaikan mereka dan terus bergelung dengan pikirannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...