Happy reading
•••
Pagi harinya seperti yang dikatakan Herson sebelumnya, Vano sudah diizinkan kembali ke sekolah. Hari ini Gema juga ikut mengantar Vano dan Kelvin, adapun Devon, pemuda itu masih tidur karena begadang semalaman.
Sesampainya disekolah seperti biasa, Kelvin meninggalkan Vano dan berlalu tanpa memperdulikan apa yang dipikirkan oleh adiknya itu.
Vano mendengus dalam hati. Lalu berjalan tanpa beban menuju kelasnya. Di lorong kelas, Vano tidak sengaja menabrak seorang siswi yang tengah menenteng sebuah paperbag.
"Ehh... maaf, aku tidak sengaja." Vano membantu siswi tersebut berdiri. Saat siswi itu mendongak Vano terkejut dan berkata dengan nada tidak menyangka. "Kamu Nana kan? Ternyata kamu juga sekolah disini ya?"
Melihat siswi itu kebingungan, Vano menepuk dahinya, "Oh iya aku lupa, kamu pasti tidak mengenal ku kan." Saat kejadian itu gadis yang dipanggil Nana ini kan pingsan, jadi Vano berpikir dia pasti tidak mengenalinya.
Vano melirik nametag di seragam siswi itu, "Jadi nama panjangmu Lena Maheswari.. Kenalin aku Revano, kamu bisa memanggilku Vano." Vano mengangkat tangannya didepan siswi itu, tetapi siswi itu mengabaikan nya.
Ia memandang Vano dingin. "Kamu mungkin salah orang. Permisi.." Lena berjongkok untuk mengambil paperbag nya yang terjatuh, lalu setelahnya pergi tanpa sepatah kata lagi.
Vano berteriak untuk memanggilnya lagi, tapi usahanya sia-sia. Jadi Vano hanya bisa mendumel di dalam hati, "Kenapa dia bersikap seperti itu. Aku hanya ingin berteman dengannya, hah."
Disisi lain, Lena yang sudah berada dikelasnya memegang jantungnya yang berdegup kencang, "Apakah aku salah memperlakukan nya seperti itu? Lagipula dia tidak terlihat ingin bermusuhan denganku."
Sebenarnya Lena hanya berpura-pura tidak mengenal Vano. Padahal aslinya ia mengingat wajah Vano dengan jelas. Saat kejadian itu Lena sempat mengintip orang yang "menabrak" dirinya karena ia penasaran, tentu saja ia melihat Vano disana. Ia bahkan masih mengingat dengan jelas apa saja yang mereka bicarakan dengan ibunya. Ia merasa bersalah di dalam hatinya saat mengingat sikapnya terhadap Vano tadi. "Aku benar-benar keterlaluan!"
"Apa yang harus aku lakukan?" Lena bergumam pelan.
***
"Vano!"
Vano berbalik dan mendapati dua siswa sedang berlari ke arahnya, dengan nafas ngos-ngosan. Begitu Vano melihat mereka, ia tersenyum sangat lebar dan berkata dengan antusias, "Farrel ... Bryan."
Bryan meletakkan tangannya di bahu Vano, menjadikan Vano penopang tubuhnya yang kelelahan. "Kamu... Kamu akhirnya kembali ke sekolah."
"Vano, apakah kau sudah sembuh?" Farrel bertanya dengan cemas.
Vano mengangguk, "Iya, kalian tidak usah khawatir. Aku baik-baik saja, kok."
Farrel dan Bryan saling memandang, lalu dengan serempak mengaitkan lengan mereka di kedua lengan Vano. "Syukurlah-- Ayo kami akan mengantarmu ke kelas."
Vano terkejut, tetapi setelahnya ia dengan pasrah mengikuti kedua siswa yang mengaku sebagai sahabat nya itu, yang sekarang menempel di lengannya. Para siswa yang menyaksikan kelakuan mereka mau tidak mau bertanya-tanya di dalam hati, 'Apakah Bryan dan Farrel tidak takut ancaman Kelvin? Mereka bahkan dengan sengaja mempertontonkan keakraban mereka dengan Vano di depan umum. Mereka menggali kuburannya sendiri!'
Sementara Bryan dan Farrel yang mengerti arti tatapan yang di tunjukan para siswa itu, mengangkat bahunya tak peduli. Bryan berbisik kepada Vano, "Lihat tatapan itu.. kita pasti terlalu tampan, itu sebabnya mereka menatap kita iri."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Genç KurguRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...