Happy reading
•••
Hamparan pasir dan suara ombak yang menenangkan menemani dua kakak beradik di tengah gemerlapnya malam. Saat ini Vano bersama Genta tengah menikmati pemandangan pantai di malam hari.
Adapun Kelvin. Anak itu tiba-tiba menjadi aneh setelah turun dari wahana roller coaster, ia tidak banyak bicara, tidak seperti sebelumnya. Bahkan saat Genta mengajaknya ke pantai, Kelvin menolak dengan alasan ia sangat lelah dan butuh istirahat.
Kembali ke sisi Vano.
Vano saat ini merasa gembira karena ia bisa berbicara dengan Genta tanpa gangguan siapapun. Mereka menghabiskan waktu dengan bercerita satu sama lain, layaknya seperti saudara pada umumnya. Apalagi saat Genta dengan excited menceritakan hidupnya saat berada di luar negeri. Banyak hal yang sudah terlewati, ada tawa, canda, tangis, semua tercampur di dalam cerita Genta. Dari cerita Genta, Vano juga sedikit termotivasi untuk tetap meraih cita-cita walaupun banyak rintangan.
Begitupun Genta, ia juga merasa senang karena ternyata Vano adalah teman bicara yang menyenangkan. Genta menyesal karena terlambat mengetahui fakta ini, ia juga merutuk di dalam hatinya mengapa tidak dari dulu ia seperti ini kepada Vano, adik bungsunya.
Genta akui, dulu ia memang kakak yang bodoh dan kurang ajar, tetapi setelah melalui pengalaman yang tidak menyenangkan perlahan Genta mulai tumbuh menjadi pria dewasa yang sudah mengerti betapa salahnya ia dulu. Ia bahkan tau jika maafnya tidak cukup untuk kejahatan yang ia lakukan kepada Vano dulu.
Jadi Genta berjanji, mulai sekarang ia akan melakukan apapun untuk kebahagiaan Vano.
"Vano."
"Iya kak?"
"Maaf Vano... Dulu kakak jahat banget ya?"
Vano bisa merasakan dari suaranya jika Genta sedang menahan tangis.
"Vano sudah memaafkan kakak jauh sebelum kak Genta minta maaf. Itu semua di masa lalu, Vano sudah melupakan semuanya kak. Berhenti merasa bersalah, ya kak?"
Akhirnya Genta tidak bisa menahan isakan-nya lagi, ia menarik Vano ke dalam pelukannya. "Terimakasih Vano. Terimakasih adikku..."
Vano memejamkan matanya dan membalas pelukan Genta. Merasakan bulir air mata yang jatuh dari sudut matanya, Vano dengan segera menghapusnya. Akhirnya ia bisa bernafas lega setelah mendengar pengakuan maaf dari Genta.
"Akhirnya... Sisa dua orang lagi dan aku akan kembali ke duniaku."
•••
Setelah bermain di pantai sampai larut, akhirnya Genta dan Vano memutuskan untuk pulang. Saat ini mereka sedang berada di mobil yang dikendarai oleh supir.
Vano melirik Genta yang saat ini sibuk dengan tabletnya. "Kakak sedang apa?"
"Kakak sedang membuat lirik lagu." Genta menjawab sambil tersenyum.
Selain menjadi penyanyi, Genta juga mempunyai potensi sebagai pembuat lagu. Banyak lirik lagu berkualitas yang sudah diciptakan oleh Genta, yang juga sebagian besar dipakai oleh group mereka.
Vano memandang Genta dengan kagum. "Kakak hebat sekali."
"Kakak siapa dulu dong?" sahut Genta dengan senyum bangga.
"Kakak Vano, lah."
"Nah itu tau. Haha." Setelah mengatakan kalimat itu Genta tertawa dengan lepas, Vano ikut tertawa karena tawa Genta. Pak supir yang menyaksikan mereka juga ikut tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...