Happy reading
•••
Bagas mengernyitkan dahi nya seolah memikirkan sesuatu. Tapi setelah berpikir keras, ia tak kunjung menemukan apa yang salah. Akhirnya Bagas memilih tidak peduli, ia menduga mungkin Vano hanya butuh teman mengobrol. Itu sebabnya Vano menanyakan pertanyaan random tersebut kepadanya.Sedangkan di sisi lain, Vano memandang lurus dan bergumam dalam hati. "Berarti targetku sekarang adalah Kelvin. Aku harus berusaha lebih keras untuk membuatnya luluh, kan?"
•
"Sialan, apakah kau buta? Hah!"
"M-maafkan saya. Saya benar-benar tidak sengaja kak.." Siswi dengan nametag Lena Maheswari itu berkata dengan tangan bergetar. Ia menunduk takut saat melihat tatapan tajam yang dilayangkan Cakra.
"Benar-benar hari yang sial.."
Cakra melepaskan almamater nya yang tidak sengaja terkena tumpahan mie ayam, lalu melemparnya ke wajah siswi itu.
"Ganti yang baru!" tekan Cakra.
Lena mendongak dengan cepat, "T-tapi saya tidak punya uang untuk membeli yang baru, kak.."
"Aku tidak mau tahu, besok almet itu sudah harus diganti dengan yang baru. Jika tidak-- kau akan tahu akibatnya!" ancam Cakra. Ia lalu berjalan meninggalkan kantin dengan kesal.
Dirga memandang Lena dengan mengejek, "Bersiap-siap lah, mulai hari ini hidupmu di sekolah ini tidak akan tenang."
Mendengar itu Lena tidak bisa tidak menangis. Dengan wajah memerah karena malu, ia berlari meninggalkan kantin. Para siswa dan siswi yang melihat itu berbisik-bisik membicarakan kejadian tadi.
Sementara itu di mejanya, Kelvin terlihat tidak peduli. Ia tetap memakan nasi gorengnya dengan santai mengabaikan bisingnya kantin itu.
Dirga yang duduk di depannya berceloteh tentang kelakuan sahabatnya tadi, "Untung Lena itu perempuan, jika tidak mungkin dia akan di pukul setidaknya satu kali." Dirga membuat gerakan seolah memukul seseorang.
Melihat Kelvin mengabaikannya, Dirga mengalihkan pembicaraan, "Oh iya- sudah seminggu ini Vano tidak masuk sekolah. Apakah pukulan Cakra terakhir membuatnya terbaring di rumah sakit selama seminggu ini?"
Kelvin menghentikan gerakannya, ia memandang Dirga dengan tajam. "Jangan membahas dia!"
"Ish, kenapa kau sangat sensitif setiap kami membahas Vano?" Dirga mengerutkan bibirnya kesal. Lalu menyeruput minuman didepannya dengan cepat.
"..."
"Kenapa kau begitu membosankan? Sudahlah-- aku pergi menyusul Cakra saja.." Dirga berdiri dengan kesal lalu berjalan meninggalkan Kelvin yang masih tidak peduli.
***
Di tempat lain, tepatnya di mansion. Vano yang duduk di kamarnya mengeluh bosan. Ia melirik betisnya yang terdapat bekas luka tusukan. Dan berkata dengan cemberut, "Lukanya sudah sembuh. Tapi kenapa ayah masih tidak mengijinkan ku ke sekolah- huh.."
Dengan malas Vano turun ke bawah untuk mengisi perutnya yang sudah lapar.
"Selamat siang, tuan muda." sapa pelayan itu saat berpapasan dengan Vano. Vano membalas singkat.
"Apakah tuan muda ingin makan siang? Saya akan menyiapkannya dengan segera." Sesampainya di ruang makan, Vano langsung disambut dengan ramah.
"Bolehkah aku makan siang di luar? Aku bosan--" ujar Vano dengan sedikit rengekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...