Happy reading
•
•
•Melihat Gedung yang menjulang tinggi didepannya, Vano tertegun sejenak. Ia tidak bisa berkata-kata saat mengetahui jika gedung tersebut sangat mirip dengan gedung kantor milik Agam, ayahnya di dunia. Sekelebat memori langsung tercipta di kepalanya, dimana ia sering berkunjung ke kantor Agam untuk menemani ayahnya bekerja. Berkunjung ke kantor Agam adalah salah satu rutinitas Vano saat itu, dari ia kecil sampai ia menginjak usia remaja. Vano merasa pahit saat mengingat masa-masa itu. Sial, ia jadi merindukan ayah dan ibunya.
Pertanyaan Vano sekarang adalah. Mengapa gedung kantor Herson sangat mirip dengan milik ayahnya?
Apakah semesta sengaja mengujinya?
Vano berspekulasi di dalam hatinya.
Menyadari wajah Vano yang memucat, Bagas yang berdiri disampingnya menepuk pundaknya dengan lembut. "Ada apa, den?"
Vano menggigit bibir bawahnya dan memaksakan senyum, "Tidak apa-apa, paman."
"Apakah den Vano ingin masuk?" Vano hanya mengangguk singkat. Jadi, Bagas membawa Vano memasuki gedung.
Sesampainya di dalam, Vano memindai sekitar dengan perasaan campur aduk. Seperti dugaannya pemandangan di dalam juga terlihat mirip dengan kantor Agam. Vano menarik sudut bibirnya yang berkedut, tetapi tidak mengatakan apa-apa.
Bagas menyapa resepsionis dengan sopan. Resepsionis tersebut mengangguk dan berkata dengan nada hangat, "Tuan Herson sudah menunggu di ruangannya. Kalian bisa langsung naik ke atas."
Bagas mengangguk mengerti.
Ia beralih menatap Vano, "Nah aku akan mengajak den Vano ke ruangan tuan besar.."
Bagas membawa Vano menaiki lift khusus menuju lantai dimana ruangan Herson berada. Ruangan Herson terletak di lantai paling atas. Sehingga butuh memakan waktu jika mereka menggunakan lift biasa, itu sebabnya mereka menggunakan lift khusus yang hanya digunakan jika ingin pergi ke ruangan Herson, agar lebih cepat.
Sesampainya di lantai atas, mereka disambut oleh sekretaris Herson. Bela~ Bela adalah sekretaris pribadi Herson yang sudah bekerja untuk Herson selama kurang lebih lima tahun. Vano juga baru pertama kali bertemu dengan Bela. Ia tersenyum sopan saat Bela menyapanya dengan senyum lebar.
Bela tentu saja mengenal Vano dengan baik, meskipun ia belum pernah bertemu langsung dengan Vano sebelumnya. Tanpa menunggu lama lagi, Bela langsung membawa Vano masuk ke dalam ruangan kerja Herson, sedangkan Bagas menunggu di depan.
"Permisi, Pak. Saya membawa Vano.."
"Baik. Kamu bisa kembali." Herson berkata tanpa memandang Bela.
Bela mengangguk sopan. Ia berjalan meninggalkan ruangan dengan anggun, tapi sebelum itu tangannya mengelus kepala Vano lembut dan tersenyum tipis setelahnya.
Vano tertegun dan menatap kepergian Bela dengan bingung. Ia akhirnya bereaksi saat mendengar Herson berdehem. "Ayah--"
"Hm?"
Vano ingin mengatakan sesuatu tapi urung saat melihat tatapan garang Herson. Vano berpikir dalam hati 'Apakah aku punya salah, sehingga Ayah menatap ku seperti itu?
Melihat reaksi Vano, Herson berpikir itu lucu, tetapi setelahnya ia mengubah ekspresi nya. Ia kali ini memandang Vano dengan lembut, "Nak. Kemarilah.."
Vano menurut. Ia berjalan menghampiri Herson dan duduk didepannya. "Apakah hari ini kamu bersenang-senang?" tanya Herson saat Vano sudah duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...