Happy reading
•••
Entah apa yang dipikirkan oleh Herson saat ini, ekspresi nya mengatakan jika ia sedang marah dan takut, secara bersamaan. Tetapi ada ekspresi khawatir yang terlihat sangat jelas di wajahnya.
Herson meletakkan kepalanya ke perut Vano, ia merasakan nafas Vano yang teratur, tanda anak itu tengah tertidur. Herson menghembuskan nafas lega.
Ia mengangkat kepalanya, lalu memandang Vano sekali lagi. Jari-jari tangan Vano terlihat bergerak dengan pelan. Tetapi Herson tidak menyadari pergerakannya, lelaki itu terus menatap wajah Vano dengan muram.
"Revano, apakah kau mendengar ku? Ayo bangunlah. Aku tidak suka kau terbaring seperti ini, kau terlihat menyedihkan.."
Ini adalah pertama kalinya Herson menyebut nama Revano. Jika Vano mendengar hal ini, ia pasti sangat terkejut sampai bola matanya keluar, seakan kalimat yang diucapkan Herson sangat langka dan wajib di museumkan.
Perlahan mata Vano mulai bergerak, kedua matanya berkedip pelan, berusaha menyesuaikan cahaya. Herson yang menyadari pergerakan Vano, juga terkejut. Ia menunggu Vano untuk membuka matanya sempurna.
"Ayah.." Vano berkata dengan suara pelan yang serak.
Herson membungkuk, menatap Vano yang saat ini juga menatapnya. "Kau sudah sadar?"
Pertanyaan apa itu, jelas-jelas Herson sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Vano sudah sadar, tetapi dengan bodohnya ia masih menanyakan pertanyaan itu. Herson segera merutuki kebodohannya.
Vano mengangguk kecil, "Aku ada dimana?"
"Di rumah sakit."
"Apakah gadis kecil itu selamat?" Vano bertanya lagi, ia menatap Herson dengan wajah pucatnya.
"Gadis kecil, siapa?"
Herson bertanya dengan bingung. Apakah Vano kecelakaan dengan seorang gadis kecil? pikirnya.
Vano menggeleng lagi. "Ayah. Dimana paman Bagas?"
Meski masih bingung, Herson memanggil Bagas dan Luke masuk. Bagas yang melihat Vano sudah sadar, tersenyum senang. Ia dengan segera meminta maaf kepada Vano karena tidak bisa menjaganya.
Tentu saja, Vano tidak menyalahkan Bagas. Ini adalah kesalahannya sendiri. Tadi saat ia melihat gadis kecil itu hendak tertabrak, ia refleks ingin menyelamatkan gadis itu.
Ia juga baru menyadari tadi saat ia berlari, jika ia sedang berada di tubuh anak kecil, tetapi ia masih nekat memaksakan untuk menyelamatkan gadis itu dengan tubuh kecil Revano.
"Tidak apa-apa. Apakah gadis kecil itu baik-baik saja?" Vano menanyakan pertanyaan yang sama kepada Bagas.
Bagas menggeleng lemah, "Saya tidak tahu tuan kecil. Saat melihatmu tertabrak, saya tidak lagi memperdulikan sekitar. Maafkan saya."
Vano menurunkan kedua bahunya, dan menunjukkan ekspresi kecewa yang terlihat sangat jelas, sehingga membuat Herson mau tidak mau kepo siapa gadis kecil yang mereka maksud.
"Siapa gadis kecil yang kalian maksud?" Untunglah rasa ingin tahu Herson sudah ditanyakan oleh Luke.
Bagas langsung menjelaskan situasinya. Tidak ada yang dilebih-lebihkan dan dikurangi. Luke mengangguk mengerti, lalu setelahnya menatap Vano kagum. "Tuan kecil benar-benar berhati malaikat. Tuan menyelamatkan gadis kecil itu padahal tuan kecil juga masih sangat kecil." Pujinya tulus.
Bagas mengangguk setuju.
Sedangkan Herson menatap Vano marah. "APA? Kamu kecelakaan hanya karena menyelamatkan orang asing? Apakah kau tidak menginginkan hidupmu lagi, lihatlah sekarang kondisimu bahkan lebih parah daripada gadis itu. Kenapa kau naif sekali. Hah," Herson berkata dengan nada tinggi. Ia begitu marah melihat ke-naifan Vano yang menurutnya bisa membahayakan diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...