Happy reading
•••
Saat pulang sekolah, Vano mendapati Kelvin menunggunya di parkiran. Ia mengernyitkan keningnya heran. Tidak biasanya kakak keempatnya ini menunggunya seperti ini, biasanya jika Kelvin lebih dulu tiba di parkiran, Kelvin akan pergi meninggalkan nya. Jadi jika Vano ingin pulang bersama Kelvin ia harus lebih dulu tiba sebelum pemilik motornya tiba.Kecuali
Ada masalah penting yang mengharuskan Kelvin menunggunya.
"Hai kakak ...." Sapa Vano saat ia tiba di samping motor Kelvin.
Kelvin yang duduk di atas motor sambil memainkan handphone nya bergeming, ia melirik Vano sekilas, dan berkata dengan datar "Naik."
Vano mengangguk cepat, dengan menaiki pijakan di bawah motor ia berhasil duduk di kursi belakang dengan nyaman.
Tangannya menerima helm yang disodorkan Kelvin.
"Kita mau kemana kak?"
"Perusahaan ayah."
Mendengar jawaban itu, Vano mengangguk tanpa bertanya lagi. Ia sedikit bingung melihat sikap Kelvin hari ini. Sungguh sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya.
Apakah Kelvin sedang good mood? Jika iya, Vano berharap Kelvin akan selamanya dalam mood yang baik.
Di dalam perjalanan, Vano yang merasa bosan mengatakan hal random kepada Kelvin. Ini juga salah satu caranya untuk menarik perhatian kakaknya itu.
Ia menepuk punggung Kelvin pelan, Kelvin yang merasakan tepukan itu melambatkan laju motornya.
"Kak, aku punya teka-teki untuk kakak. Dijawab ya," ujar Vano dengan nada agak keras agar Kelvin mendengar suaranya dengan jelas.
Didepan, Kelvin memutar bola matanya malas. Ia tidak menjawab pertanyaan Vano, tetapi Vano tahu Kelvin setuju dengan idenya.
Vano melanjutkan dengan semangat, "Hewan, hewan apa yang bersaudara?"
"Ayo kak dijawab."
"Kak Kelvin~"
"Apa sih?" tanya Kelvin dengan malas. Tapi nyatanya ekspresi nya menunjukkan sebaliknya, keningnya terlihat mengernyit saat ia tengah memikirkan jawabannya.
"Hewan, hewan apa yang bersaudara?" Vano mengulangi pertanyaan nya dengan sabar.
"Semua hewan punya saudara," jawab Kelvin asal. Ia terlalu malas berpikir karena di belakang, Vano terus mendesaknya.
"Salah. Sebut hewannya satu-satu kak."
"Ikan. Ayam. Domba. Kelinci. Cicak. Tikus. Kucing. Monyet. Anjing."
Vano refleks memukul bahu Kelvin karena kakaknya itu berteriak di akhir kalimatnya. Karena di pendengarannya Kelvin seolah mengatai Vano anjing.
"Ish salah. Tebak lagi," sahut Vano dengan nada agak jengkel.
"Ya aku mana tahu." jawab Kelvin pada akhirnya. Ia sedikit terkejut karena Vano tiba-tiba memukul bahunya, jika ini tidak dijalan mungkin Kelvin sudah membalas Vano.
"Jadi Kak Kelvin nyerah nih?"
"Hn."
"Jadi jawabannya adalah... Katak!"
"Oh."
Mendengar respon Kelvin, Vano memutar bola matanya. "Tidak tanya kenapa jawabannya katak?"
"Kenapa?" Akhirnya Kelvin bertanya dengan nada terpaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...