Happy reading
•••Tidak terasa hari libur kenaikan kelas kini telah berakhir. Siswa-siswi yang diliburkan selama beberapa minggu, kembali memasuki sekolah dengan kelas dan semester baru yang akan mereka tempuh. Adapun Vano, setelah ia dinyatakan diterima di sekolah yang sama dengan Kelvin, ia bersama dengan Herson segera mengurus berkas-berkas pendaftaran ulang dan biaya administrasi seperti yang diintruksikan oleh pihak sekolah. Setelah semuanya selesai, Vano resmi menjadi bagian dari Sunny high school.
Sunny high school adalah sekolah menengah atas terkemuka yang dikenal karena biaya sekolahnya yang tinggi dan memiliki koneksi yang bagus, para siswanya berasal dari keluarga terkenal pengusaha dan orang kaya. Siswa lulusan Sunny high school rata-rata di terima di universitas terbaik di dalam ataupun luar negeri. Sehingga hal itulah yang membuat para orangtua rela membayar mahal hanya agar anaknya bisa bersekolah di sekolah tersebut.
Sunny high school juga membuka peluang beasiswa kepada siswa yang tidak mampu agar bisa bersekolah dan menuntut ilmu di sekolah bergengsi seperti Sunny high school. Karenanya siswa orang kaya yang bersekolah di sana menganggap para siswa penerima beasiswa merusak citra mereka, sehingga mereka melakukan apa saja agar penerima beasiswa tidak betah bersekolah di Sunny high school. Kasus bullying banyak terjadi disana, bahkan ada yang sampai memakan maut. Tetapi hal itu tidak merusak nama baik sekolah tersebut karena segala yang ada di dalam di tutup rapat-rapat, tidak di bocorkan keluar. Jadi mereka yang berada diluar tidak mengetahui sisi buruk di sekolah bergengsi itu. Para korban yang merupakan anak yang kurang mampu itu hanya pasrah menerima bullying untuk mempertahankan beasiswa yang mereka miliki.
Vano memandang gerbang yang bertuliskan Sunny High School dengan rasa ingin tahu. Ia merasakan kegelisahan dan kegembiraan yang bercampur aduk dalam hatinya saat melangkah masuk ke gerbang sekolah.
Ia tidak bersama bodyguard seperti yang Herson pernah sarankan karena adanya kebijakan dari sekolah yang tidak memperbolehkan orang luar memasuki sekolah kecuali urusan rapat ataupun hal penting lainnya. Jadi untuk berjaga-jaga, kedua bodyguard Vano memutuskan untuk mencari kontrakan yang tidak jauh dari sekolah itu.
Saat melewati lobi sekolah matanya terus memindai sekitar dengan kagum. Bangunan disekolah ini terlihat sangat mewah, pantas saja biaya gedungnya sangat mahal. Selain bangunan ada banyak tanaman seperti pohon dan bunga yang di tanam indah di taman depan kelas. Hal itu membuat sekolah ini terlihat cantik, sejuk dan nyaman saat kamu tinggal disini lebih lama.
Saat akan menaiki tangga, Vano dihentikan oleh sebuah teriakan. Ia berbalik dan mendapati seorang pria yang memakai sweater yang sama dengannya, berlogo SHS tetapi beda warna, sedang berjalan ke arahnya. Vano mengernyit berusaha mengingat wajah pria yang menghampirinya itu. Seberusaha apapun dia, Vano tetap merasa tidak mengenali pria itu.
"Hai.., Vano kan?" Sesampainya pria itu, ia tersenyum ramah dan melambai ke arahnya.
Vano mengangguk kecil. "Kamu?"
"Gue Zean, sepupu Alex."
Mendengar itu Vano mengangguk mengerti. Jadi ini sepupu Alex? Vano melirik pria di depannya. Cara berpakaiannya terlihat sama persis dengan Alex, Vano jadi yakin pria ini memang sepupu sahabatnya. Bedanya mungkin Zean lebih ramah.
"Jadi kamu juga sekolah disini. Kamu kelas berapa?"
Zean mengangguk sekali. "Iya. Gue di tingkat akhir."
"Ooh.." Vano tidak perlu mengatakan jika ia siswa baru, karena Zean pasti sudah mengetahuinya.
"Lo belum tahu dimana akan tinggal kan? Ayo, gue anter ke asrama." Vano mengangguk dan hanya pasrah saat Zean merebut kopernya untuk pria itu bawa. Ia mengikuti langkah Zean sembari menenteng tote bag yang berisi snack.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO || Transmigrasi
Teen FictionRevano tidak pernah menyangka jika jiwanya akan terjebak di raga orang asing. Dan lebih parahnya lagi, Jiwanya menempati raga anak laki-laki yang berusia 5 tahun. Sungguh ironis sekali. Tapi yang sangat Vano sayangkan adalah.. kenyataan bahwa, anak...