57. Kesalahpahaman di masa lalu

4K 350 13
                                    

Happy reading
•••

Di jalanan yang sudah di klaim sebagai tempat balapan ilegal, saat ini terlihat begitu ramai meskipun malam semakin larut. Tempat itu ramai anak muda berbagai usia baik laki-laki maupun perempuan, mereka semua terbagi beberapa kelompok dan setiap kelompok saling mempersiapkan dan mendukung jagoan mereka yang akan turun ke arena balap.

Dan disinilah Vano dan Kelvin berada, dengan berbagai bujukan dan ancaman Kelvin akhirnya mengijinkan dirinya untuk ikut ke arena berbahaya bagi anak-anak ini. Vano turun dari motor Kelvin setelah mendengar instruksi dari kakaknya itu.

Kelvin menatapnya memperingati. "Kamu jangan kemana-mana, tetap disini. Kalau ada orang asing yang ngajak ngobrol, abaikan aja."

Vano mengangkat tangannya yang membentuk isyarat 'ok'. Ia tersenyum lebar, "Siap kak."

Kelvin mendengus. Setelah merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, akhirnya Kelvin menghampiri kelompoknya meninggalkan adiknya yang duduk di dekat parkiran. Tidak hanya Vano, ada beberapa orang juga yang duduk di dekat parkiran sama sepertinya. Sehingga Vano tidak kesepian.

Setelah beberapa menit akhirnya acara balapan motor dimulai. Vano berdiri saat melihat Kelvin berada di salah satu peserta balap.

Seorang pria yang terlihat seperti wanita datang dan berhenti di tengah-tengah para peserta, ia memegang sebuah bendera di tangan kanannya dan memberikan isyarat agar para peserta bersiap-siap. Dengan hitungan mundur ia mulai mengangkat benderanya.

3

2

1

Go!

Wanita -ralat pria itu melemparkan benderanya dan detik itu juga motor milik para peserta balap menghilang dalam sekejap.

Suara deru motor ditambah teriakan dari para penonton terdengar begitu mememak di telinga Vano. Vano menggosok telinganya disela matanya tetap fokus memperhatikan Kelvin yang ada di urutan kedua dari depan.

Ia memandang Kelvin dengan kagum. Tanpa sadar ia ikut meneriaki kata-kata semangat untuk Kelvin seperti penonton yang lain.

"Semangat kak Kelvin! Ayo kak Kelvin pasti bisa di posisi pertama..!"

Di tengah-tengah ia berteriak ia merasakan panggilan alam yang tidak bisa ditunda. Vano menatap sekitar untuk mencari toilet tetapi sepertinya tidak ada toilet di dekat area ini.

Karena tidak bisa menahan lagi akhirnya Vano menatap seseorang di sebelahnya dan setelah memberanikan diri ia menepuk bahu pria itu. Pria itu memiliki rambut gondrong seperti wanita, ia mengernyit menatap Vano, "Ada apa?"

"M-mau nanya bang. Toilet dimana ya?"

Pria itu menunjuk sebuah bangunan tua yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. "Disana ada toilet tapi nggak ada airnya."

Mendengar itu Vano mengangguk mengerti. "Terimakasih bang."

Vano akhirnya memutuskan untuk pergi ke bangunan itu. Ia terpaksa buang air kecil di sana walaupun katanya tidak ada air disana, daripada kencing di celana, kan bisa berabe.

Sesampainya di bangunan itu Vano bergidik ngeri karena tempat itu begitu sepi dan gelap meskipun memiliki satu penerangan tetapi sepertinya lampu itu sudah kehabisan daya sehingga cahaya yang dikeluarkan tidak terlalu terang.

Tanpa membuang waktu lagi Vano segera menyelesaikan panggilan alamnya. Beberapa detik setelahnya Vano berjalan kembali ke area balap dengan tergesa-gesa. Tetapi sebelum ia melangkah lebih jauh ia dihentikan oleh tiga pemuda yang entah datang darimana menghadang jalannya.

REVANO || Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang