10

29 4 0
                                    

Jiang Huai menaruh pena di tangannya ke atas meja, lalu bersandar di kursinya. Ia menyingkirkan imej formal yang sedari tadi ia tampilkan, sorot matanya seperti menyimpan makna lain, "Aku tidak akan mencatat jawaban untuk pertanyaan terakhir ini, karena Tuan Xie Cui melarangku menanyakannya. Namun aku sungguh penasaran, "Bolehkah aku tahu apa yang membuat Anda berubah drastis belakangan ini, seolah-olah Anda menjadi orang yang sama sekali berbeda dari sebelumnya?"

Xie Xia tidak menduga Jiang Huai akan tiba tiba melontarkan pertanyaan seperti itu. Pupil mata pria itu sedikit memicing sebelum ia melanjutkan ucapannya, "Selama proses tanya-jawab tadi, aku mengamati beragam reaksi Anda. Aku mendapati reaksi yang Anda tunjukkan sangat berbeda dari informasi yang aku dapatkan dari Tuan Xie Cui dan gambaran umum tentang Anda. Kalau sesuai dengan kesan sifat Anda sebelumnya, yang gampang naik darah, pertanyaan barusan pasti sudah membuat Anda mengusirku keluar."

"Apa terlambat buatku untuk mengusirmu sekarang?" Xie Xia membenarkan posisi kacamata di puncak hidungnya, "Sebenarnya, tanggungjawab dokter Jiang tidak termasuk mengurusi urusan pribadiku, iya 'kan?"

Xie Xia tidak bicara dengan keras, namun ada seutas emosi dalam suaranya, yang membuat Jiang Huai segera sadar ia telah menginjak ladang ranjau. Ia buru buru duduk tegak bermartabat, "Maafkan aku. Hanya saja karena aku mungkin akan menjadi dokter pribadi Anda cukup lama, jadi sebisa mungkin kita jujur dan terbuka satu sama lain. Jika Anda tidak mau membicarakannya, anggap saja aku bicara melantur, dan aku tidak akan menanyakannya lagi di masa depan."

Suasana hening melingkupi ruangan itu untuk waktu yang lama.

Xie Xia duduk dengan kepala sedikit menunduk, secercah cahaya yang terpantul dari lensa menyembunyikan emosi di matanya. Ia masih memegang cangkir air yang sudah kosong. Entah sudah berapa lama detik berganti menit, mendadak Xie Xia menghela nafas.

Ia mengangkat pandangan matanya, "Aku bisa mengatakannya dengan jujur pada dokter Jiang, namun ini adalah urusan pribadiku. Tolong jangan beritahu orang lain, termasuk pada Xie Cui, Dageku."

"Anda tidak perlu cemas. Adalah tugasku menjaga rahasia pasien."

"Apa dokter Jiang percaya pada mimpi prekognitif? Beberapa waktu yang lalu aku memiliki mimpi yang terasa nyata, tentang bagaimana masa depanku. Dalam mimpi itu hubunganku dengan keluarga putus. Aku diusir dari rumah dan menjadi tunawisma, menggelandang di jalan sampai akhirnya mati karena kelaparan dan kedinginan di satu musim dingin."

* Istilah mimpi prekognitif dikenal luas dalam ranah psikologi. Sebuah mimpi yang akan terjadi dalam kehidupan nyata. Bagi sebagian orang, mimpi ini merupakan gambaran masa depan. Well, ternyata ada gunanya juga TL BL, bsc this is also my first time knowing this term😬

Wajah Jiang Huai sontak menunjukkan keterkejutan.

"Terdengar konyol bukan? Namun aku dicekam ketakutan teramat sangat sejak mimpi itu. Sedemikian takut hingga aku tidak berani tidur. Karena dokter Jiang pasti sudah tahu latar belakangku, kau harus tahu aku paling takut sendirian dan kematian. Meskipun Ayah mengadopsiku sejak kecil dan memperlakukanku seperti anaknya, tapi aku tahu, aku bukanlah garis keturunannya. Aku takut suatu saat nanti akan ditinggalkan. Jadi aku berusaha keras untuk merebut aset keluarga, karena berpikir semakin banyak harta yang aku miliki, semakin banyak modalku untuk melindungi diri."

"Sampai hari dimana aku bermimpi." Xie Xia menundukkan kepala, rambutnya yang terselip di balik telinga jatuh menutupi sebagian kecil wajahnya, "Baru saat itu aku tersadar, bahwa sebanyak apapun yang aku rebut, semuanya bisa hilang dalam sekejap. Aku sangat ketakutan, aku tidak ingin menghadapi akhir hidup seperti yang ada dalam mimpi. Karena itu setelah berpikir sangat lama, akhirnya aku menemukan cara untuk membalikkan keadaan."

||TAMAT|| ANTAGONIS PENYAKITAN ENGGAN KERJA KERAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang