"Bàdàozǒngcái?" Empat kata ini sepertinya tidak ada dalam kamus Xie Cui. Ia menatap adik laki laki dan putranya, berusaha mencari penjelasan pada ekspresi wajah keduanya, namun saat tidak ditemui ia memilih mengabaikan topik ini dan fokus pada masalah yang lebih genting, " Jadi... Xiao Xia tidak marah padaku?"Xie Xia tidak tahu harus tertawa atau justru menangis, ia mengambil kotak kayu cendana dari tangan Xie Cui sebelum menjawab, "Apa aku orang yang berpikiran sempit?"
Xie Hengyu ini juga benar benar ya! Hanya sebuah mug gelas tapi dikemas dengan kotak cendana berkualitas tinggi, jangan-jangan kotaknya lebih mahal dari isinya.
Saat itu juga Xie Cui menghembuskan nafas lega, hatinya yang seolah pecah berkeping-keping kini bersatu lagi. Sambil menaruh satu tangannya di bahu Xie Xia ia berkata, "Tidak marah ya... Tidak marah ya... Bagus bagus.... karena Xiao Xia menyukai model gelas seperti ini, bagaimana kalau aku belikan beberapa buah yang sama? Jadi kau bisa bergantian memakainya?"
Xie Xia spontan menggoyangkan tangannya berkali-kali, "Tidak perlu...tidak perlu. Aku hanya butuh satu. Satu saja sudah cukup."
Dari samping suara Xie Hengyu terdengar bersungut-sungut " Yah, mug gelasku itu pesanan khusus, custom made ba! Mana bisa Kau mendapatkan barang yang sama? Aku yang memberi hadiah buat Paman, kenapa Ayah harus ikut-ikutan?"
Xie Xia menoleh menatapnya, entah kenapa ia merasa nada suara Xie Hengyu seperti dibalut sedikit cemburu....ini mengingatkannya akan satu hari saat perayaan hari Guru. Seorang murid yang rajin mengikuti perkuliahannya memberinya satu hadiah yang menurutnya unik. Pada saat itu ia baru melihat ada benda yang sama persis di mejanya. Dan reaksi murid itu sama persis dengan reaksi Xie Hengyu.
Anak kecil tetaplah anak kecil, masalah kecil seperti hadiah saja bisa membuatnya bertingkah kekanak-kanakan.
Saat Xie Cui mendengar gerutuan kurang ajar putranya, dahinya sontak berkerut, "Begitu caramu bicara pada Ayahmu? Mentang mentang Ibumu tidak ada di rumah, kau mau berlagak?"
Xie Hengyu pura pura tidak mendengar ucapan sang ayah, ia memutar tubuhnya lalu berjalan kembali ke dapur sambil menggerutu, "Yah, daripada marah marah pada anakmu, kenapa Ayah tidak berguru masak dulu saja dengan anakmu ini....."
Xie Cui nyaris tersedak mendengar ucapan putranya, "Kau....! Dasar anak tak berguna! Kau tidak dapat jatah uang bulan ini!"
Xie Xia hanya bisa menghela nafas tak berdaya mendengar keributan antar ayah dan anak itu. Ia pergi ke sofa untuk duduk lalu membuka kembali kotak cendana di tangannya.
Sepertinya tidak ada yang istimewa pada mug gelas dalam kotak cendana. Bentuk dan gayanya sama dengan yang dijual bebas di pasar. Kalau ada yang berbeda mungkin karena penampilannya terlihat lebih kokoh, tidak gampang rusak.
Xie Xia kemudian beranjak ke dispenser air untuk mencari air panas. Ia ingin mensterilkan mug sebelum digunakan. Saat mug gelas sudah penuh air, sekilas ia melihat ada sesuatu di dasar mug gelas.
Begitu diperhatikan dengan jeli, ia melihat ada rangkaian huruf perak berukuran kecil "Tenang & Bahagia" tercetak di dasar gelas.
Rangkaian kata yang tercetak di dasar mug gelas ini tidak bisa dijangkau oleh tangan. Xie Xia membuang air dalam mug dengan maksud untuk melihat lebih jelas, namun ia mendapati bahwa rangkaian kata-kata itu perlahan-lahan menghilang, tidak lagi kelihatan.
Ya Tuhan, rangkaian kata-kata itu adalah Termostat*.
* Pengontrol suhu.
Xie Xia melakukan berbagai upaya sebelum akhirnya menyimpulkan bahwa hanya ketika mug gelas diisi dengan air panas, huruf-huruf kecil itu akan muncul.