◇Selama kau yang mengatakannya, aku percaya ◇
Pikiran Xie Xia karut marut, ia tidak tahu mana dulu yang harus diperhatikan, antara 'Xie Hengyu menciumnya' atau 'Xie Hengyu melarikan diri'. Apalagi tempat dan waktu pemuda itu menciumnya...uhuk.. mengigitnya, sangat tidak pantas, ini membuat Xie Xia hingga saat tidak tahu apa tujuan pihak lain menciumnya.
Apa balas dendam belaka, atau.... apakah ciuman ini benar benar punya makna khusus untuknya?
Ketika pikirannya sampai di titik ini, tiba tiba ia ingat apa yang ingin ditanyakannya pada Xie Cui tempo hari.
Ia ingin bertanya pada Dagenya itu, kalau-kalau ia tahu orientasi seksual Xie Hengyu.
Tapi sepertinya hal itu tidak perlu ditanyakan lagi.
Bahkan andai pun Xie Hengyu benar benar hanya ingin melepaskan amarahnya, kalau ia pria lurus, rasanya tidak mungkin laki-laki itu akan mengigit bibir laki laki lain.
Apalagi orang itu adalah Pamannya sendiri.
Xie Xia berdiri termangu, sampai pak sopir tidak dapat menahan diri lagi, ia keluar dari dalam mobil dan bertanya pada Xie Xia dengan suara lembut, "Er Shao, kau masih mau mengejarnya?"
Mengejarnya?
Apa yang akan ia lakukan saat mengejarnya? Alasan paling masuk akal apa yang harus ia katakan pada pemuda itu? Penjelasan seperti apa yang mungkin memuaskannya?
Orang yang ingin membunuh Xie Hengyu adalah pemilik asli, sementara dirinya hanya seorang pelintas buku, namun tentu saja hal ini mustahil untuk dikatakan. Tapi jika tidak dikatakan, sulit baginya menemukan penjelasan yang masuk akal, yang bisa menjadi dalil kuat kenapa dalam waktu 2 bulan saja, sikapnya pada Hengyu dan keluarga Xie berubah drastis. Dari orang yang menginginkan kematiannya berubah menjadi sosok yang peduli serta perhatian padanya.
Apakah ia mau .... menggunakan alasan yang sama yang dikatakannya pada dokter Jiang saat itu? Sesuatu tentang Mimpi Prekognitif?
Mimpi Prekognitif mungkin bisa menjelaskan perubahan kepribadiannya, tapi bisakah pengalaman Mimpi Prekognitif menghapuskan kebencian pahit dan dalam yang sudah mendarah daging, hingga berpikiran untuk menghabisi nyawa orang lain?
Jangankan Xie Hengyu, dirinya sendiri saja tidak akan percaya.
Apa yang barusan dikatakan Xie Hengyu jelas untuk memberinya kesempatan. Ia harus menemukan alasan yang masuk akal serta menyakinkan, sebelum datang dan menjelaskan pada pemuda itu.
Xie Xia menarik nafas dalam-dalam, suara sopir terdengar kembali bertanya, "Er Shao, apa sebaiknya kita pulang ke rumah?"
".... Tidak. Kau pulanglah sendiri," sahut Xie Xia, "aku ingin jalan jalan dulu."
"Ini...." Sopir terlihat kesulitan untuk bicara, "Langit hampir gelap. Di luar tidak aman. Er Shao, kenapa tidak segera pulang saja..."
"Jangan khawatirkan aku." Xie Xia mulai membawa kakinya menyusuri jalan, "Kau pulanglah. Jangan ikuti aku."
Sopir yang sebenarnya enggan tapi takut untuk membantah, berkata dengan suara lembut, "Er Shao, telepon aku kalau kau ingin pulang, aku pasti segera menjemputmu."
Xie Xia mengangguk, sopir pun pergi ke mobil dan meninggalkannya.
Xie Hengyu dan mobilnya sudah lama pergi, sebelumnya Xie Xia dan sopir mengejarnya cukup jauh. Alhasil Sekarang ia berada di daerah yang cukup jauh dari vila. Xie Xia sangat jarang keluar, ia tidak familier dengan seluk-beluk jalan kota YuCheng. Kalau bukan karena ia membawa ponsel, yang bisa digunakan untuk mengecek peta, ia yakin bisa tersesat dengan segera.