Jawaban Untuk Xie Hengyu
♡♡♡
Xie Xia dengan patuh menutup mulutnya.
Ucapan Xie Hengyu terngiang-ngiang di telinganya, kata-kata pihak lain berubah menjadi emosi tak terkatakan yang menyebar diam-diam ke dalam sekat dan kisi di hatinya.
Xie Hengyu bilang, ia tidak menganggapnya merepotkan.
Meskipun dirawat oleh seorang junior selalu menerbitkan perasaan aneh di hatinya, tapi saat mendengar kata-kata itu, Xie Xia merasa sangat tersentuh, seolah-olah wilayah yang terlarang sebelumnya perlahan-lahan terbuka.
Ia tidak pernah menyangka akan 'dicintai', ia tidak pernah menaruh kata 'cinta' dalam agenda hidupnya. Ia selalu merasa kondisi fisiknya adalah kutukan untuk kata itu. Ketika masih sekolah ia tidak memikirkan cinta, begitu pun saat di dunia kerja ia tidak mengenalnya. Seiring berjalannya waktu, ia seolah-olah menganggap kata itu tidak pernah ada.
Xie Hengyu datang dan merontokkan pemikiran itu begitu saja.
Mungkin malam itu, saat pria muda itu menciumnya di kamar mandi, kunci hatinya sudah terbuka, namun anak kuncinya masih menggantung, seperti memperingatkan dalam kepura-puraan: Jangan masuk
Apa kau jatuh cinta?
Pada Xie Hengyu?
Kalau kau tidak menganggapnya sebagai keponakan, tidak menganggapnya seorang murid, hanya memperlakukannya sebagai orang kebanyakan, sepertinya.... bukan sesuatu yang tidak bisa diterima.
Xie Xia berpikir dan berpikir, kerja otaknya perlahan semakin pelan, lambat laun menyeretnya terlelap.
**
Mata Xie Xia masih sedikit tidak nyaman setelah operasi laser. Terdorong rasa gatal yang muncul di mata, ia berpikir ingin menggosoknya. Karena dalam posisi tidur, tubuhnya tidak sepenuhnya dalam kendali otak, alhasil ia melompati tahapan "memikirkan" menjadi "melakukan", melewati prosedural tahapan, apakah hal tersebut boleh dilakukan atau tidak.
Sebagai hasilnya, baru saja tangannya mencuat keluar dari selimut dan bahkan belum menyentuh kelopak mata, sebuah tangan lain memegangi pergelangan tangannya dengan kuat.
Xie Xia sontak terbangun, dan karena terbangun tiba-tiba, denyut jantungnya berdegup lebih cepat. Matanya terbuka, melihat tangan lain yang memeganginya, kalau ditilik dari suhunya, tangan itu pasti milik Xie Hengyu.
Ia menghembuskan nafas lega. Lantaran keadaan kamar terlalu gelap untuk melihat apakah pihak lain sudah bangun atau belum, ia pun memanggilnya pelan, "Hengyu?"
"Jangan gosok matamu."
Suara Xie Hengyu terdengar jernih dan jelas, tidak seperti suara orang bangun tidur. Xie Xia sedikit tersentak, "Kau tidak..... apa kau baru bangun?"
"Aku tidak bisa tidur," suara Xie Hengyu terdengar sangat rendah, seperti tidak ingin memecah kesunyian malam, "hatiku tidak tenang."
Xie Xia menggigit bibirnya, ia tidak menduga Pihak lain benar-benar tidak tidur, hatinya merasa bersalah, "Jam berapa ini?"
"Tidak tahu."
Di luar masih gelap, mungkin saat ini jam dua atau tiga dini hari.
"Jadi kau terus mengawasiku seperti ini?" Xie Xia menghela nafas seraya memasukkan tangannya kembali ke dalam selimut, "Aku tidak menggosoknya, kau tidurlah. Apa kau tidak ada jam kuliah besok?"
Xie Hengyu tidak menjawab.
Xie Xia benar benar tidak mau pihak lain mengkhawatirkannya seperti ini, sekali lagi ia berusaha membujuknya, "Aku sungguh tidak apa - apa," ujarnya, "kau tidurlah, oke?"