Manis Sekali
⚘⚘⚘
Ketiganya berada di makam sedikit lebih lama, namun karena hari ini cuacanya begitu berangin, mereka memutuskan untuk pulang segera.
Di telinga Xie Xia masih terngiang-ngiang perkataan Xie Xiuyao, otaknya masih belum bisa memahami semuanya. Begitu masuk ke dalam mobil, Xie Hengyu bertanya, "Apa kau akan mengiyakan permintaan Kakek?"
Xie Xia tersentak kaget, "Oh, itu...aku belum tahu."
Jalan cerita hidupnya menyimpang terlalu jauh dari plot aslinya, pada beberapa titik ia tidak tahu bagaimana harus menyikapinya.
Memang benar adanya, Xie Xiuyao sudah berusia lanjut. Sebagai salah satu bagian dari keluarga Xie, ia memiliki kewajiban untuk berbagi sebagian posisi dan peranan dengan yang lain. Kalau ia menolak mengambil alih Yayasan Amal YuLin, lembaga amal itu kemungkinan besar akan diserahkan ke Xie Cui.
Hanya saja Xie Cui dan istrinya sudah sangat sibuknya. Ia tidak sampai hati menambahi kesibukan DaGenya.
Ia melirik Xie Hengyu, anak ini juga seharusnya masuk dalam daftar calon pewaris, tapi rasa-rasanya ia lebih cocok meneruskan kepemimpinan Xie Cui di perusahaan daripada mengurusi yayasan kemanusiaan.
Permintaan Xie Xiuyao bukan permintaaan yang tidak masuk akal.
Xie Xia menghela nafas, tidak pernah berpikir suatu hari akan mencemaskan hal semacam ini. Kelihatannya sejak masuk dalam cerita buku, ia hanya bertekad menjadi ikan asin yang hidup tenang tanpa perselisihan apalagi intrik, tapi sepertinya hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana ya? Bahkan disana sini ada masalah yang timbul, dan sedikit banyak meminta peran aktifnya.
Ia sudah secara sukarela menyerahkan bagian warisannya di perusahaan, tapi Xie Xiuyao tetap membuka jalan untuknya.
"Apa Pamanku cemas karena merasa tidak kompeten?" Xie Hengyu bertanya dengan lembut, "sebenarnya menurutku, kau bisa melakukannya, tidakkah menurutmu begitu?"
Xie Xia menoleh menatapnya, "Apa kau ingin aku mengiyakan permintaannya?"
"Semua itu tergantung keinginan Paman," sahut Xie Hengyu, "tentu saja kuakui, aku memiliki keegoisan sendiri. Aku ingin semua orang tahu bahwa Paman juga memiliki kemampuan, bahwa keluarga Xie bukan hanya Xie Cui seorang tapi juga Xie Xia."
Xie Xia menatap manik matanya, tiba tiba apa yang dikatakan pihak lain membuat hatinya tersentak ---bahwa bukan hanya Xie Cui seorang... tapi juga Xie Xia?
Memang benar begitu, manakala orang menyebut Keluarga Xie, kebanyakan mereka akan teringat putra pertama mereka, Xie Cui DaShao. Ketika berbicara tentang putra keduanya, Xie Xia Er Shao, yang terlintas dalam pikiran adalah tiga kata "Serigala bermata putih", meskipun imejnya sudah berubah drastis sejak ia pindah, namun prestise-nya masih dibawah kaki kakak lakinya.
*白眼狼 báiyǎnláng : bajingan tidak tahu terimakasih.
Ia tidak mau bersaing dengan kakak lakinya, ia juga tidak mau dibandingkan dengannya. Tapi entah kenapa, apa yang dikatakan Xie Hengyu barusan menyentuh hatinya.
Ngomong - ngomong soal ini, sepertinya memang ia selalu menjadi fóxì. Saat masih menjadi pengajar, ketika rekan sejawatnya sibuk mengejar gelar profesor, ia sibuk minum teh di kantor. Mungkin karena tahu kondisi fisiknya tidak bagus, ia tidak memforsir diri untuk bekerja keras. Ia merasa sudah cukup memiliki penghasilan yang bisa menyokong biaya hidupnya serta membayar cicilan apartemen. Karena sesekali ia perlu uang lebih untuk berobat ke dokter, ia mengambil dua kelas kuliah umum sebagai tambahan penghasilan.