Kecanduan
=========
Xie Xia memerah dari pipi sampai ke telinga.
Dasar Xie Hengyu Bocah Sialan!
Xie Xia begitu marah sampai bola matanya melotot besar. Saat itu ia mendengar suara Xie Hengyu, "Paman kecil membuatku serba salah, dicium marah, tidak dicium juga marah. Kenapa tidak Paman bilang padaku, bagaimana seharusnya aku memperlakukanmu agar kau merasa nyaman?"
Xie Xia mendorongnya ke samping sambil merobek roti isi, "Tinggalkan aku sendiri. Aku ingin kau menjauh dariku. Itu yang membuatku nyaman."
Sentuhan lembut di sudut bibirnya masih terasa, membuatnya menjulurkan lidah dan menjilatnya, tidak ada apa-apa, hanya rasa manis coklat roti yang tersisa.
Xie Hengyu melihat roti isi yang hampir habis di tangannya, "Kau menyukainya? Aku akan membelikanmu lagi besok."
Tanpa ragu Xie Xia menjawab, "Tidak."
Sudut bibir Xie Hengyu terangkat ___ ia mengerti satu hal.
Tampaknya'kepalsuan' seseorang sudah mencapai satu titik sempurna___ dimana "Tidak" berarti Iya, " Buruk " berarti Baik, dan "Tinggalkan aku sendiri" berarti Tidurlah denganku .
Maka ia pun mengangguk, "Oke."
Malam itu, Xie Puppy kembali menempati posisinya. Penderitaan karena diusir keluar dan tidak diizinkan masuk, akhirnya berakhir.
Kali ini ia sudah belajar dari kesalahan dan menjadi lebih patuh dari sebelumnya. Xie Puppy benar-benar tidur lurus tanpa menyentuh sedikit pun tubuh sang Paman. Seperti perkiraannya, Xie Xia, yang terbiasa dipeluknya saat tidur, melihatnya tidak bergerak, bergeser dan bersandar ke dadanya dengan sendirinya. Maka, tentu saja secara alami, ia memeluk tubuh pamannya.
Rencana berjalan sukses.
**
Xie Hengyu pergi kuliah tepat waktu setiap hari dan baru pulang setelah kelasnya selesai, ini berarti waktu keberadaannya di rumah menjadi singkat. Pada awalnya Xie Xia berpikir dengan ketidakhadiran Xie Puppy, ia akan merasa lebih rileks. Siapa sangka, baru saja tiga hari, hatinya mulai merasa sedikit tidak nyaman.
Tidak ada suara berisik di telinganya, tidak ada sosok familier di depannya, tidak ada yang menemaninya melewati waktu senggang, dan ia merasa sedikit kesepian.
Ini pertanda buruk.
Bibit "ketergantungan" mulai berakar dan bertunas dalam dirinya, dan ia yakin, lama kelamaan bibit itu akan tumbuh subur dan sulit untuk dicabut.
Pak Dosen Xia sedikit frustasi.
Ia harus mengakui, rutinas yang dilakukan Bocah Tengik Hengyu berjalan sukses. Tindakannya merendam kodok di dalam air hangat telah membuahkan hasil. Sebagai kodok yang direndam, ia tidak ingin lagi keluar dari air hangat Xie Hengyu ini.
Sebelum kematiannya, Xie Xia selalu menganggap mengajar dan mendidik orang adalah bagian tanggungjawabnya pribadi, selaras dengan ide ini, Pak Dosen Xia selalu menganggap adalah sesuatu yang wajar dan masuk akal untuk menjaga serta memperhatikan muridnya. Namun ia belum pernah bertemu murid seperti Xie Hengyu, alih alih dirinya yang memperhatikan, justru pihak lain yang memperhatikannya layaknya murid.
Ia belum pernah menikmati perhatian sedemikian besar dan intens sebelumnya, dan begitu mendapat dan merasakannya, Pak Dosen Xia menjadi kecanduan.
Xie Xia menghela nafas, lalu mengirimi Xie Hengyu pesan WeChat, [ Belikan sesuatu saat kau pulang nanti, aku mau roti isi coklat seperti kemarin ]