Xie Xia 14Jiang Huai tentu saja tidak berani bilang dirinya tidak antusias. Ia melihat termometer yang disodorkan Xie Hengyu namun tidak berkomentar apa-apa. Pria ini mengeluarkan stetoskop dan melakukan pemeriksaan sederhana pada Xie Xia, "Apa dia batuk?" tanyanya.
"Aku tidak mendengarnya batuk." sahut Xie Hengyu.
"Ini hanya flu biasa. Tidak ada gejala lain. Aku akan berusaha meredakan demamnya dulu."
"Apa kau tidak perlu melakukan tes darah?"
".......Kalau begitu kenapa kau tidak langsung membawanya ke UGD rumah sakit?" Jiang Huai masih gusar karena tidur malamnya terganggu, "Tunggu sebentar, aku ambil obat dulu di mobil."
Xie Hengyu tidak berkomentar lagi, lima menit kemudian Jiang Huai kembali dengan menenteng kotak obat dan setumpuk catatan medis Xie Xia sebelumnya.
Adalah Xie Cui yang menyerahkan semua dokumen rekam medis milik Xie Xia padanya. Ia sudah berkali kali membacanya, namun demi keamanan pasien ia membacanya lagi untuk memastikan Xie Xia tidak memiliki riwayat alergi obat. Setelahnya pria ini mengambil satu vial obat dan menyiapkan jarum suntik, "Lepaskan celananya."

Xie Hengyu terperanjat, "Hah?""Lepaskan celananya, aku akan menyuntikkan obat." Jiang Huai menyentil jarum suntik lalu mendorong setetes cairan obat dari jarum, "Ayo, jangan lamban, supaya demamnya cepat turun."
*Proses ini disebut Aspirasi Alat Suntik. Gunanya untuk memastikan tidak ada gelembung udara yang masuk dalam tubuh.
Xie Hengyu menatap Xie Xia yang duduk tak bergerak di sofa, secara mengejutkan pemuda ini mundur selangkah, "Kau 'kan dokternya..... Kenapa...bukan kau saja yang melakukan?"
"Hah?" Jiang Huai mengernyit bingung, "Kau 'kan keluarganya, tentu saja saja kau yang melakukannya. Waktu kau pergi ke rumah sakit untuk disuntik, apa dokter juga yang melepaskan celanamu?"
Aku tidak pernah pergi ke rumah sakit untuk disuntik, Xie Hengyu menyahut dalam hati. Pemuda ini masih bimbang, setelah beberapa saat akhirnya ia maju dan mengguncang lembut pundak Xie Xia, "Paman kecil... Paman kecil... Ayo bangun..."
Xie Xia dalam kondisi setengah sadar setengah tidur, hanya saja ia mengabaikan ucapan Xie Hengyu. Namun pada detik berikutnya, ketika ia merasakan ada tangan yang menarik celananya, sepercik kesadaran muncul dari syarafnya yang terbakar, ia menyentakkan tangan itu sambil bertanya lemah, " Siapa?"
"Ini aku." Xie Hengyu berbisik di telinganya, "Dokter akan menyuntik Paman."
Saat mendengar suara Xie Hengyu, alam bawah sadar Xie Xia mengingatkannya bahwa suara itu milik "sosok yang bisa dipercaya", resistensi kecil miliknya pun hilang, ia tidak lagi berusaha melawan.
Tak berapa lama ia merasakan sesuatu yang dingin di daerah pinggulnya, lalu rasa sakit karena jarum suntik tajam berisi cairan antipiretik menusuk dagingnya. Erangan pelan mencelos keluar dari mulutnya, "Ah, sakit."
"Tahan sedikit... sakitnya hanya sebentar.... setelah itu tidak akan sakit lagi." Xie Hengyu berkali-kali menenangkan pamannya, seperti menenangkan hewan kecil yang terluka. Ia dengan lembut menekan kapas alkohol dengan ujung jarinya, "Kalau demamnya hilang, Paman bisa tidur dengan tenang."
Setelah menyuntik pasiennya, Jiang Huai menguap lebar-lebar sambil duduk di sofa. Ia bertanya-tanya apakah ia bisa pulang ke rumah dengan segera.
Saat itulah ia mendengar suara dari arah belakang, "Apa yang sedang.kalian lakukan?"