Jangan Sampai Menembak Saat Menggosok Senjata
=========
"Aku salah, " telinga dan ekor Xie Puppy terkulai, "Aku seharusnya tidak menyembunyikannya dari Paman."
"Kau tahu kalau itu salah?" Xie Xia meraih tangannya dan ingin memarahinya lagi, namun ternyata ia tidak sampai hati, ia hanya bisa bertanya dengan nada jengkel, "Apa masih sakit?"
"Tidak sakit kalau Paman mau meniupnya untukku."
"......." Xie Xia segera mendorong tangannya menjauh, "Siapa yang mau meniupnya untukmu, menyingkirlah."
Xie Hengyu tampak sedih, namun dengan cerdiknya bersikap patuh dan duduk di sisi lain, tidak mau membuat pasangannya semakin kesal.
Setelah beberapa saat, tiba tiba Xie Xia bertanya, "Jadi ada masalah apa? Bolos kuliah, pergi ke pusat kebugaran, memukuli samsak habis habisan, apa kau sedang kesal?"
"Tidak ada apa-apa," sahut Xie Hengyu sambil perlahan-lahan memasang ekspresi normal, "Sudah lama tidak berolahraga, tiba tiba teringat..."
"Karena Fan Jie?"
Xie Hengyu tidak menjawab.
Melihatnya diam namun tidak menyangkal membuat Xie Xia tahu tebakannya benar. Ia menghela nafas, perasaan di hatinya sedikit rumit, "Orang itu sudah ditangkap, kau juga sudah menghajarnya sampai babak belur 'kan? Kenapa kau masih begitu marah?"
"Coba Paman pikir, berapa lama ia bakal dihukum?" Xie Hengyu membelakanginya, bertanya dengan suara sangat rendah, "3? 5? 10? Atau jangan-jangan bebas?"
"Semakin lama tentu semakin bagus, hanya saja seperti yang dikatakan polisi, mengumpulkan bukti kejahatannya tidaklah mudah..."
"Menurutku tidak ada hukuman yang pantas untuk manusia seperti dia," Xie Hengyu mendadak membalikkan badan, "Dia lebih pantas ditembak mati."
Xie Xia menatap lurus netranya yang hitam pekat, ia bisa merasakan kesungguhan dalam sorot mata itu yang membuat hatinya tercekat, "Hengyu."
"Tidak peduli seberapa lama hukumannya, suatu hari dia pasti keluar, dan ketika waktu itu tiba, aku tidak bisa menjamin tidak akan mencarinya lagi," ujar Xie Hengyu, "karena itu lebih baik kalau ia lenyap dan tidak memberiku kesempatan."
Saat Xie Xia mendengar perkataannya, mendadak hatinya terasa dingin. Ia teringat bagaimana perilaku Xie Hengyu setelah menghitam dalam plot aslinya. Ia berkata dengan susah payah, "Kau... tidak boleh ...melakukan perbuatan melanggar hukum, tindakanmu tidak sepadan untuk manusia seperti dia."
"Tidakkah aku sudah cukup menahan diri?" Xie Hengyu mencondongkan tubuhnya ke depan sambil berbisik, "Kau tidak tahu, kemarin, saat melihat wajahmu bersimbah darah, aku benar-benar ingin mematahkan lehernya, kalau saja polisi tidak keburu datang...."
Tiba-tiba Xie Xia mengalungkan tangannya ke leher Xie Hengyu dan mencium bibirnya, menghalangi kata kata lain keluar dari mulut pemuda itu, "Anjing boleh melakukan apa saja sesuka hatinya di rumah, tapi saat di luar, ia harus memakai tali kekang." ujar Xie Xia.
Xie Hengyu tertegun, tanpa sadar ia menjilat sudut bibirnya, inilah kali pertama Xie Xia berinisiatif menciumnya.
Ia sedikit menaikkan alisnya, "Jadi kau sungguh berpikir aku seekor anjing?"
"Kau terlihat seperti itu," sahut Xie Xia, "Seekor anjing, menggeram, menunjukkan giginya yang tajam, lalu mengigit orang.'
"Baiklah" ketegangan di garis bahu Xie Hengyu mengendur, deru nafasnya ikut melembut. Ia mengangkat tangannya ke atas, "menggambar" tali di udara kosong, lantas menaruh "tali tak kasat mata" itu ke telapak tangan Xie Xia, "Kalau begitu, mulai saat ini Paman kecil yang memegangi tali kekang. Adalah insting naluriah Anjing untuk melindungi Tuannya. Jika Tuannya terluka, anjing pasti melompat untuk menggigit pihak yang menyakiti Sang Tuan. Tuannya-lah yang bertanggungjawab."