19

23 5 2
                                    


Xie Xia 19

Dua bersaudara yang sirkuit otaknya tidak satu server memang ditakdirkan untuk tidak saling memahami satu sama lain. Keesokan paginya sebelum Xie Cui pergi bekerja, ia diam diam menggiring Xie Xia ke pojok sepi, "Xiao Xia, bagaimana kalau kau membawa serta satu orang bodyguard?"

Xie Xia mengernyit bingung, ia berpikir sang kakak terlalu gugup dan berlebihan, "Tidak usah Dage," tolaknya, "Aku bisa menanganinya, kalau memang ada yang menguntitku, dia pasti ketahuan. Dage tidak perlu cemas.

Xie Cui hanya bisa menatap adiknya dengan wajah penuh kekhawatiran lalu berjalan pergi dengan hati berat.

**

Pukul 3 sore, Xie Xia dan Xie Hengyu tiba di bandara tepat waktu.

Ia tidak tahu seberapa sering pemilik asli keluar rumah. Meskipun sudah berkali-kali mencari jejak ingatan Xie Xia dulu, namun tidak seujung kuku pun ia mendapati informasi terkait bandara yang mereka datangi. Ia bahkan tidak ingat rute jalan di sekitar kota karena setiap hendak keluar, ada sopir yang menjemput dan mengantar. Andai ia ditinggalkan sendirian disini, bisa dipastikan dirinya akan tersesat dan tak tahu jalan pulang.

Xie Xia menghela nafas, mengingat betapa tertutupnya pemilik asli, ia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya.

Karena akan bersua dengan ayah adopsi pemilik asli, Xie Xia semula ingin berpenampilan lebih formal. Namun Xie Hengyu bersikeras memintanya untuk berpakaian biasa saja, mengingat dirinya bukanlah orang lain, ditambah pula cuaca belakangan ini terasa terik. Pemuda ini menyakinkannya untuk mengenakan pakaian yang simpel dan nyaman di badan

Maka demikianlah Xie Xia, ia berdiri di aula bandara dengan mengenakan kemeja tipis berlengan pendek. Paparan angin dari penyejuk udara membuatnya sekujur tubuhnya menggigil, ia merasa terlalu "nyaman", yang ujung-ujungnya membuatnya kedinginan.

Seharusnya ia jangan pernah mendengarkan omongan si bocah Xie Hengyu.

Xie Hengyu menoleh, melirik penyejuk udara yang membuat pamannya menggigil lalu mencopot mantelnya dan memakaikannya ke Xie Xia.

Xie Xia mengeratkan ikatan mantel yang masih membawa kehangatan tubuh pria lain. Entah kenapa Xie Xia merasa dilingkupi aroma Xie Hengyu, aroma muda yang segar dan energik. Bau pengharum pakaian dan aroma parfum yang bersama-sama menyelimutinya seperti menandainya sebagai "properti milik Xie Hengyu".

Pikiran itu membuat Xie Xia merasa ganjil, namun ia tidak bisa dengan tepat memastikan apa. Saat ia masih sibuk berpikir, mendadak terdengar suara ribut-ribut yang cukup keras, lalu dalam hitungan detik muncul barikade pria tinggi tegap berpakaian serba hitam memagari dua sosok yang tengah berjalan ke arah mereka.

Yang berjalan paling depan adalah sosok wanita yang dari penampilannya sulit untuk memperkirakan berapa usianya, mungkin dua puluh limaan, bisa juga tiga puluhan. Wanita ini seperti sudah memperhatikan mereka, ia membuka kacamata hitam yang menutupi separuh wajahnya lalu melambaikan tangan ke arah keduanya, "Hengyu !"

Xie Xia langsung mengenali suara itu adalah milik Lin Wan yang ia dengar semalam melalui telepon Xie Hengyu. Lin Wan melihat ke samping, wajahnya tampak kaget melihat pria yang bersembunyi di belakang putranya, "Xiao Xia? Kau ada disini juga?"

Xie Xia batuk dan terbata bata gugup, "Kakak...Kakak Ipar."

"Eh... Apa? Siapa?" Pria yang berjalan di belakang Lin Wan tiba tiba maju selangkah. Pria ini mengenakan baju longgar khas Asia Tenggara dengan topi jerami berbentuk unik di kepalanya. Saat ia mencopot topi, terlihatlah wajahnya yang sangat mirip dengan Xie Cui. Hampir seluruh rambutnya sudah memutih namun auranya masih terlihat penuh semangat dan energik. Matanya berhenti di Xie Xia, menatapnya dari atas ke bawah berulang kali, "Aku tidak sedang bermimpi 'kan?"

||TAMAT|| ANTAGONIS PENYAKITAN ENGGAN KERJA KERAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang