Xie Xia 18
Xie Xia keluar dari ruang baca dengan kepala penuh pikiran terkait Xie Hengyu, ia sama sekali tidak memperhatikan tatapan rumit saudara laki-lakinya.
Karena Xie Cui juga bisa merasa gelagat penghitaman putranya, artinya sikap keponakannya itu sudah cukup jelas. Mungkin saja ia secara verbal sudah membahas "cara apa yang harus dilakukan untuk menyingkirkan Zhou Hong, bagaimana mencari aktor intelektual di balik peristiwa peracunan anggur, bagaimana memberi pelaku di hotel injeksi obat keras, dan lain sebagainya" bersama sang Ayah.
Semakin memikirkannya, semakin stres Xie Xia. Ia merasa persoalan ini benar benar serius dan butuh perhatian ekstra. Tepat ketika otaknya hampir mengeluarkan asap, suara dering telepon mengagetkannya.
Karena ponsel miliknya sudah lama terkubur di kamar, jelas dering telepon itu berasal dari ponsel Xie Hengyu yang tergeletak di atas meja.
Maka ia pun berteriak ke arah dapur, "Hengyu, teleponmu berdering!"
"Aku datang. Aku datang." Xie Hengyu mengambil ponselnya, matanya berbinar saat melihat profil sang penelepon, "Halo, Bu?"
Xie Xia terhenyak.
Ibu Xie Hengyu , ipar perempuannya?
Ia hanya membaca sinopsis novel yang tentu saja tidak banyak menceritakan Xie Hengyu dan ibunya. Menilik ingatan pemilik asli, ia mengetahui nama ipar perempuannya adalah Lin Wan. Wanita ini beberapa tahun lebih muda dari Xie Cui. Keduanya tumbuh besar bersama dan menjalin romansa sejak usia muda. Ketika Lin Wan lulus kuliah Xie Cui menikahinya.
Keluarga Lin juga merupakan keluarga kaya raya dan walaupun tidak semakmur Keluarga Xie, tapi strata sosial mereka sejajar. Ayah Xie Cui dan Ayah Lin Wan bersahabat sejak masih muda, karena satu pihak memiliki anak laki laki dan yang lain anak perempuan, mereka memiliki gagasan untuk menyatukan dua keluarga bersama. Kebetulan juga Xie Cui dan Lin Wan saling menyukai, hingga tidak ada aral dalam penyatuan keduanya.
"Ibu besok pulang?" ucap Xie Hengyu dengan wajah tampak kaget, ia lalu duduk di samping Xie Xia, "Aku pikir akhir bulan ini, kenapa lebih cepat?"
Xie Xia memasang telinga baik baik, ia mendengar penelpon menjawab, "Kami dengar ada pemerkosa yang tertangkap di pesta resepsi? Dan juga melibatkan Xiao Xia, jadi kami ingin pulang lebih awal. Kemungkinan besar akan terjadi hujan badai dalam beberapa hari kedepan, daripada tidak beruntung, aku langsung saja memesan tiket untuk pulang besok."
Suaranya terdengar masih agak muda, kalau hanya memperkirakan aspek usia, sama sekali tidak terdengar bahwa orang yang berbicara adalah seorang ibu.
"Kalau begitu jam berapa Ibu tiba besok? Aku akan menjemputmu." tanya Xie Hengyu.
"Sekitar jam 3 sore."
"Baik. Apa Ibu sudah mengabari Ayah?"
"Manusia robot itu," Lin Wan mendengus, "Ia kerja lembur lagi di kantor, sepuluh kali telepon, delapan di antaranya sedang memimpin rapat. Dari hari ke hari ia memperlakukan pekerjaannya lebih baik dari aku, kenapa ia tidak menikah saja dengan perusahaan?"
"Itu...."Xie Hengyu sedikit ragu sebelum memutuskan untuk sedikit membela sang ayah, "Ayah benar benar tidak kerja lembur hari ini, ia pulang lebih awal."
"Oh ya? Hmm, itu aneh..."
Dalam diam Xie Xia meneguk sedikit air di gelasnya, ia mendengar Xie Hengyu bertanya lagi, "Dimana Kakek?"
"Ia sedang keluar makan dengan beberapa kenalan, mereka mencoba hidangan khas lokal yang aku tidak pernah makan, karena itu aku tidak tinggal lebih lama. Aku kembali ke hotel lebih awal untuk berkemas-kemas." jawab Lin Wan, "Oh ya, kemarin kau memintaku membelikan coklat, aku bawakan besok."