70

11 0 0
                                    

Sekujur tubuh Xie Hengyu seketika kaku saat mendengar gumaman "Hmm" sang ayah.

Pada awalnya Xie Xia menunduk untuk menyesap kuah supnya, namun mendengar suara Xie Cui ia mendongak bermaksud menyapanya, alhasil tanda merah di lehernya semakin kentara dan Xie Cui bisa melihatnya dengan jelas.

Presiden Xie menarik nafas dalam-dalam, lalu menarik kerah baju putranya, mengangkatnya dari kursi, mencangkingnya berdiri, "Kelinci kecil, kau benar benar anak baik."

Saat ini Xie Hengyu benar benar tidak seperti imejnya selama ini sebagai pemuda gagah, kuat dan tidak takut apapun, ia lebih mirip anjing kecil yang di dicangking pemiliknya setelah ketahuan berbuat salah. Matanya buru buru mengirim isyarat permohonan pada Xie Xia, berharap pihak lain bisa membantu, menyelamatkannya dari derita yang datang menjelang.

Xie Xia meliriknya, melihat matanya yang memelas, dalam hatinya timbul sedikit rasa iba. Namun, rasa iba ini hanya muncul sesaat, dikalahkan oleh Schadenfreude. Ia justru melemparkan pandangan seolah berkata: Putramu benar benar keterlaluan, lalu tanpa ragu menyiram bensin ke api, "DaGe, bisakah kau mendisiplinkannya? Aku sangat kesakitan."

*Schadenfreude adalah istilah dari bahasa Jerman yang merujuk pada perasaan senang saat melihat orang lain susah.

Mata Xie Hengyu membelalak lebar ---- Paman kecilnya sudah belajar bagaimana melempari orang yang jatuh ke dalam sumur dengan batu!

Jiang Huai yang menyaksikan apa yang terjadi tidak ragu membuka mulut, "Ya ya benar. Er Shao bahkan sampai demam. Xie DaShao, putramu itu terlalu barbar, membuat orang lain merasa sakit luar dalam."

Rahang Xie Hengyu seketika jatuh --- marga Jiang ini benar benar pembuat onar!

Begitu mendengar perkataan Jiang Huai, wajah Xie Cui yang semula kelabu langsung berubah hitam seperti pantat dandang. Sebagai satu-satunya orang yang memegang kendali penuh di keluarga Xie, ia bereaksi seperti seharusnya. Tangannya mencangking kerah baju Xie Hengyu, menyeretnya keluar dari ruang makan sambil tak lupa mengambil kemoceng yang pernah ia singkirkan waktu itu, "Bocah Tengik, kalau sampai hari ini aku tidak memukulmu, aku tidak pantas jadi Ayahmu!!"

"Tunggu sebentar, Ayah...dengarkan aku dulu! "

Ahh sakit ! Ah sakit ! "

Xie Xia mendengar jeritan dan keributan yang terjadi di luar mendadak menjadi cemas, "Benar-benar? Ia tidak akan membuatnya cedera 'kan?"

Jiang Huai melihatnya dengan satu ekspresi, dalam hatinya berkomentar ---karena kau terlalu lembut hati, anjing kecilmu memakanmu sampai mau mati-- ia menepuk pundak Xie Xia dan menenangkannya, "Tenang saja. Apa kau masih belum tahu taktik Xie Hengyu? Kalau ia sampai bisa dipukuli Xie Cui, itu murni karena ia tidak berusaha menghindar."

Jadi ia sengaja membiarkan dirinya dipukuli?

Supaya apa? Apa supaya ia bisa merangkak masuk ke dalam selimut dan mengerjainya lagi??

Xie Xia berpikir sejenak, ia merasa bahwa itu benar benar sesuatu yang bisa dilakukan oleh si anak anjing licik, ia pun mengenyahkan rasa simpatinya, kembali menyantap makanannya tanpa beban.

Dari luar masih terdengar kekacauan yang terjadi, omelan Xie Cui masih sampai ke telinganya, "Semua ini gara-garamu, Pamanmu sampai demam! Kau keterlaluan! Aku harus memberimu pelajaran!"

Sementara Xie Hengyu masih terus mengaduh, "Sakit Yah! Benar-benar sakit! Ayah, setidaknya kau bisa pakai bagian yang berbulu! Ah sakit Ayah! Kata orang, harimau saja tidak akan memakan anaknya sendiri! Ahh sakit!"

"Kau masih berani mengaturku?!"

Xie Cui sedikit minum minum malam ini, wajar kalau berubah emosional, namun kalau orang lain jadi mudah menangis atau bicara melantur setelah minum -minum, Xie Cui setelah minum justru.... lebih bersemangat memukuli anaknya.

||TAMAT|| ANTAGONIS PENYAKITAN ENGGAN KERJA KERAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang