CATATAN; NOVEL INI MENGANDUNG KISAH PERCINTAAN SESAMA JENIS/GAY/ DANMEI.
JANGAN SALAH PILIH BACAAN
===============Xie Laoshi! Xie Xia Laoshi! "
Teriakan panik murid perempuan terdengar seperti di film-film, ketika satu adegan berputar lalu memudar
dalam kegelapan, dan suaranya terdengar jauh tertinggal di belakang.Saat tubuhnya terhuyung jatuh ke depan, tangannya tanpa sengaja menyambar sesuatu di meja. Xie Xia bisa mendengar suara denting kaca saat mug gelasnya jatuh menghantam lantai dan pecah, menyisakan setengah airnya dan gojiberi yang berhamburan keluar, persis seperti darah yang menyembur ke segala arah.
Kelopak mata Xie Xia perlahan menutup, keheningan total menyelimuti telinganya, sebuah bisikin kuat masuk ke membran otaknya, memberitahu waktu kematiannya sudah di depan mata.
Ia sudah mempersiapkan kematiannya sejak didiagnosa mengidap penyakit mematikan enam bulan lalu, namun masih sulit baginya untuk pergi secara tiba-tiba seperti saat ini.
Ia belum menyelesaikan tugas mengajarnya semester ini, ia belum sempat mengucapkan selamat tinggal pada murid muridnya.
Ia belum sempat mendiami rumah barunya yang baru saja direnovasi.
Ia belum sempat mencecap makanan yang terlalu takut untuk dicobanya selama ini...
Ia belum sempat ini... belum sempat itu....
Ada banyak sekali "belum sempat" yang terus bermunculan di benaknya, hingga bermuara pada pikiran terakhir yang muncul, bahwa saat ini ia akan mati di hadapan muridnya.
Samar samar ia bisa mendengar tangisan histeris si murid perempuan. Xie Xia berpikir ia pastilah sangat ketakutan, melihat gurunya meregang nyawa di depan mata pasti menyisakan beban psikologis yang berat baginya.
Kalau saja ia tahu akan begini, seharusnya tadi ia meminta salah satu murid untuk datang ke kantor saja, untuk mewakilinya menyerahkan buku pada si murid perempuan.
"Xie Xia Laoshi!"
Murid perempuan ini secara refleks mengulurkan tangannya untuk menahan tubuh Xie Xia yang ambruk, gerakannya membuat buku di tangannya terjatuh. Punggung buku tergeletak di lantai, buku itu terbuka lebar, lembaran kertasnya seperti bunga pedesaan Heyang yang mekar merekah untuk kemudian menutup kembali.
*Heyang adalah nama daerah. Seorang Gubernurnya yang bernama Pei Yue menanami setiap sudut daerah itu dengan aneka bunga. Nantinya, setiap bunga yang tumbuh di daerah Heyang diasosiasikan dengan keindahan dan personifikasi penjabat dan tata pemerintahan yang baik.
Saat halamannya bergerak menutup, sekilas terlihat muncul tulisan "Xie Xia Er"
*二 èr = 2 (dua)
Tak terhitung jumlahnya gelombang cahaya informasi memancar keluar dari setiap lembar halaman, untuk kemudian masuk ke dalam tubuh yang tak lagi bernyawa.
Saat keheningan yang pekat mereda, Xie Xia membuka mata, kedua pupil mata dibalik lensa kacamatanya terlihat kosong.
Ia mendapati dirinya duduk dalam sebuah ruangan, dari perabotan yang ada, jelas ruangan ini bukan kamar di rumah sakit dan juga bukan kamar di rumahnya.
Apa yang terjadi?
Bukankah ia seharusnya sudah mati?
Sebelum ia bisa bertanya lebih banyak, mendadak pelipisnya terasa sakit seperti ditusuk paku dan jarum, lalu informasi yang tak terhitung jumlahnya mendesak masuk ke dalam pikiran, potongan memori dan kenangan yang sama sekali bukan miliknya.