26

20 5 0
                                    


Xie Xia 26.

Xie Xia panik melihat Xie Hengyu yang menerobos masuk, ia buru-buru menutupi bagian vital sambil berseru, "Hati hati, nanti kau juga jatuh. Kau cepatlah keluar."

Xie Hengyu bukan hanya tidak keluar, ia justru bergegas maju dan mengangkatnya dari lantai, "Dimana jatuhnya?"

Sekujur tubuh Xie Xia yang terkena sentuhan tangan kering milik Xie Hengyu seperti tersengat. Ia tidak punya waktu untuk memakai sendal yang terpental jauh, terpaksa berdiri di lantai tanpa alas kaki. Secara naluriah Xie Xia bergerak mundur, " Aku baik baik saja, kau keluarlah, nanti bajumu basah."

"Basah ya basah, nanti aku bisa mandi," Xie Hengyu menatap Xie Xia dari atas ke bawah, ia tidak dapat menemukan bagian mana dari tubuh pamannya yang membentur lantai, alisnya sedikit terangkat saat berkata, "Kita sama sama laki laki, yang Paman punya, aku juga punya, mana yang tidak boleh dilihat? Apa yang disembunyikan?"

Saat bicara, ia melangkah maju, mengabaikan keadaan bahwa dirinya berada di bawah pancuran air, yang membuat separuh badannya basah kuyup, jarinya dengan lembut menekan pinggang pria lain, "Apa punggungmu yang terkilir?"

Xie Xia menggertakkan gigi, "Bukan, pinggul... membentur lantai."

Xie Hengyu bergumam pelan, "Oh," lalu jarinya meluncur turun, "itu artinya mengenai tulang ekor."

Tubuh Xie Xia tersentak, matanya melebar, tangannya mencengkram tangan Xie Hengyu, "Ini tidak patut." desisnya pelan.

Tanpa kacamata, ia menjadi terlihat lebih rapuh dan lemah saat membelalakkan matanya seperti saat ini.

Xie Hengyu juga sadar kalau dirinya telah melewati batas, ia menarik tangannya sambil menghela nafas, "Kalau begitu mandilah dengan cepat, kalau sudah selesai aku akan memeriksanya."

Begitu Xie Hengyu pergi, Xie Xia menghela nafas lega. Seluruh tubuhnya menjadi agak lemas, kulit yang disentuh Xie Hengyu masih terasa berdenyut, sensasi sentuhan itu terasa masih tertinggal.

Untuk beberapa alasan, ia tidak merasa jijik dengan sentuhan Xie Hengyu, hanya merasa sedikit aneh.

Xie Xia berdiri di bawah shower dengan kepala sedikit menengadah, membiarkan air hangat membasuh wajahnya. Jantungnya yang berdegup kencang kembali stabil. Ia mematikan keran air, membungkus dirinya dengan handuk lalu mendorong pintu dan melangkah keluar dari kamar mandi.

Xie Hengyu sudah pergi mandi di kamar lain, ia sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Begitu mendengar langkah kaki Xie Xia keluar dari kamar mandi, pemuda ini buru buru menyodorkan pakaian, "Cepat pakai, jangan sampai terkena flu."

Air masih menetes dari ujung rambut Xie Xia. Rambut pemilik asli terlalu panjang hingga tidak mudah kering sehabis keramas, ia tidak dapat mencegah mulutnya berkata, " Kapan kapan aku akan potong rambut."

"Aku rasa rambut Paman terlihat bagus apa adanya," Xie Hengyu bicara dengan sungguh-sungguh, "Aku sudah terbiasa melihatmu begini."

Xie Xia tertegun.

Terlihat bagus?

Ia justru merasa rambutnya terlalu merepotkan.

Xie Xia menjadi bimbang apakah harus memangkas rambutnya atau tidak, ia masih memikirkan hal ini sambil memakai pakaian dari atas kepala, saat sedang melakukannya ia mendengar bunyi 'krek' pada persendian tulangnya, yang membuatnya kontan berhenti, lalu dengan kikuk dan malu ia menarik pakaian yang tersangkut di tengah-tengah.

Tubuh ini bukan hanya wujud nyata Princess Pea, tapi juga Princess Pea yang sudah lama tidak aktif dan berkarat.

Ia baru saja mengenakan pakaiannya dan belum memakai celana, Xie Hengyu tiba tiba menunduk dan melihat benjolan merah di dekat tulang ekornya. Pemuda ini menaruh handuk mandi lalu berjalan pergi, "Tunggu sebentar, aku ambil obat gosok minyak safflower dulu."

||TAMAT|| ANTAGONIS PENYAKITAN ENGGAN KERJA KERAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang