15. PEDANG

72 14 0
                                    

"Pedang apa yang kau inginkan?"

"Pedang yang bisa menampung banyak Mana, ukurannya tidak masalah. Saya bisa membawanya."

Jika hanya pedang biasa, aku tidak membutuhkannya. Setidaknya jika aku memanggil pedang suci lagi, dia bisa datang dan tidak menghancurkan pedang ku. Aku akan kesulitan jika tak ada pedang di tangan. Ini seperti tubuhku sangat kosong.

Tuan Halbert menatapku, dia menghentikan aktivitasnya menempa besi. Apa tidak ada pedang itu? Butuh berapa lama membuat pedangnya? Aku tidak bisa menunggunya. Setelah pernikahan N, aku akan pergi. Aku ingin pulang saja. Papa dan mama, akan khawatir jika aku tidak segera pulang. Aku sudah banyak merasakan pengalaman bertarung secara langsung. Aku juga sudah mengeluarkan pedang suci. Rencanaku pergi, semuanya sudah selesai. Waktunya aku kembali pada duniaku.

"Bisakah aku melihat tanganmu?"

"Tentu!"

"Hmm..."

Corliss memperhatikan tanganku juga. Apa yang mereka lihat? Ini hanya tangan kosong.

"Kau yakin? Mana mu tidak sebanyak itu."

Apa karena topeng ini?

"Bisakah kalian menutup mata. Aku ingin melepaskan topeng ini."

"Kenapa dengan topengmu?" Tanya Corliss.

"Ini topeng sihir. Papa memberikannya untukku. Mana ku akan terkunci saat aku memakainya. Jika aku ingin membuat pedang, aku harus melepaskan ini dan aku malu dengan wajahku." Aku menunduk dalam.

"Topeng sihir? Ivy? Kau berhutang banyak cerita padaku! Aku akan menunggu di luar saja. Kau bisa membukanya kepada Halbert. Penjual dan pembeli harus memiliki kepercayaan." Corliss membawa Aldwin dan keluar dari rumah.

Jika hanya Tuan Halbert aku bisa membukanya. Dia tak mungkin bersikap pada pembelinya. Aku membuka topengku, para peri tersenyum dan hinggap pada rambutku. Apa mereka senang aku membukanya kepada orang lain? Tuan Halbert terdiam melihatku. Apa ini aneh untuknya?

"Tuan?"

"Mana mu luar biasa banyak. Apa ini?"

"Mana dari batu naga. Sepertinya saya menyerap tanpa terkendali."

"Batu naga?"

"Benar."

Tuan Halbert berdiri dan pergi. Aku menutup wajahku kembali. Cukup untuk memperlihatkannya, seseorang bisa tiba-tiba masuk ke dalam. Jika seseorang mendeteksi Mana ku itu akan sangat berbahaya. Mereka pasti bertanya-tanya, darimana asal Mana ini. Tidak mungkin aku menyerapnya dari alam sekitar. Satu yang terlintas dari pikiran mereka. Batu Mana. Jika mereka tahu aku bisa menyerapnya, para penyihir akan datang dan memberiku banyak pertanyaan. Hanya penyihir murni yang bisa mengeluarkan Mana dari dalam batu Mana. Itupun, mereka harus melakukannya dengan media lain.

"Ada salah satu pedang yang kusimpan tanpa kujual pada seorangpun. Ini pedang yang terbuat dari tubuh naga. Kau bisa merasakan aliran Mananya cukup banyak disini. Pedang ini tajam, kokoh, dan sangat kuat untuk menebas kepala monster. Ukurannya mungkin sangat besar untuk mu. Cobalah!"

Pedang ini berwarna emas yang sangat mengkilap. Ini mirip pedang suci.

"Apa anda pernah melihat pedang suci?"

"Iya, aku mencoba menirunya. Bagaimana kau tahu?"

"Saya juga pernah melihatnya. Ini sangat ringan dan kuat! Berapa harganya?"

Aku tidak peduli selain ini bisa menyelamatkan ku dari bahaya. Lagipula semua pedang digunakan untuk itu. Aku hanya perlu pedang ini tidak hancur itu saja.

Ksatria & Tuan Putri ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang