22. WAJAH

67 11 0
                                    

"Ivy, kau tidak perlu menutupi wajahmu! Tidak apa-apa, kita bisa membelinya di suatu tempat!"

Aku menutup wajahku dengan jubah. Aku sangat malu memperlihatkannya, orang-orang melihat kami berjalan bersama. Topeng itu tidak bisa dibeli di tempat lain, hanya papa yang bisa membuatnya. Bagaimana jika orang-orang disini takut dan merasa aneh padaku? Kalle bahkan berlari pergi setelah melihat wajahku.

"Apa yang kau takutkan?"

"Wajahku!"

"Rrrr... Rrrr..."

Aldwin menatapku dan mengeluarkan gigi tajamnya. Aku tahu dia akan melindungiku, tetap saja aku sangat malu pada wajahku.

"Tunggu sebentar!"

Apa yang Corliss lakukan?

Dia pergi menuju salah satu penjual dan membeli sesuatu. Corliss memberiku sebuah topeng putih berbentuk kucing. Ini topeng untuk anak-anak bermain. Untuk apa dia membelinya?

"Jika kau belum bisa menunjukkan wajahmu, pakai saja ini. Itu memang bukan topeng sihir milik orangtuamu. Tapi kau tidak perlu takut jika orang melihatmu!"

"Terima kasih!"

Aku sampai tidak memikirkannya, topeng pemberian papa sudah kupakai sejak kecil untuk menyembunyikan wajahku dari anak lain. Aku bisa berbaur dengan mereka tanpa terlihat berbeda. Fungsi utamanya untuk membaurkan diri dengan sekitar. Fungsi kedua untuk menahan Mana. Tapi setelah topengku rusak, pikiranku sangat kacau. Aku tidak bisa berbaur lagi. Itu membuatku gelisah tentang apa yang terjadi ke depannya.

Aku jadi sangat bersyukur Corliss bersamaku sekarang.

"Aku lebih berguna dibandingkan N kan?"

"Rrrr... Rrrr..."

Aku tersenyum.

Sangat! 

🌼🌼🌼

"Aku jadi tak sabar menaiki sebuah kapal. Bagaiman denganmu? Ini pertama kalinya bagiku!"

Aku melihat Corliss di tempat tidur sebelah. Ini juga pertama kalinya bagiku mengarungi lautan yang luas. Sebenarnya, aku tak pernah menaiki kapal. Kami di kerajaan menggunakan gerbang sebagai transportasi. Kami bisa pergi kemana saja. Tapi masalahnya aku tak bisa pulang setelah gerbang yang kugunakan membawaku ke daerah yang belum aku ketahui. Batu gerbang ku juga hilang entah kemana saat terpental di dataran ini. Itu semua salahku karena kabur dari rumah.

"Itu akan menyenangkan!"

Kami akan naik ke kapal untuk pertama kalinya.

"Ivy, kenapa kau tidak percaya diri pada wajahmu?"

"Bukankah wajahku aneh? Kulit dan rambutku putih dan hanya mataku yang memiliki warna. Itupun berbeda. Temanku sering mengolok-olok bahwa aku adalah anak cacat."

"Siapa dia? Aku akan memukulnya saat tiba di rumahmu!"

"Kami sudah dewasa, dia tidak mungkin mengolok-olok ku lagi."

Papa dan mama akan marah padanya. Terutama kakakku. Tidak mungkin ada anak yang akan mengataiku lagi.

"Tetap saja! Dengarkan aku! Buka topengmu sekarang!"

Ini hanya bersama Corliss saja!

"Apa kau pernah melihat wajahmu?" Tanya Corliss padaku.

Aku pernah melihatnya di air, itu masih sangat aneh di mataku. Aku mengangguk kecil. Aku tidak pernah membeli cermin atau menatap pantulan diriku di kaca.

"Kau tidak aneh, bagi ku dan orang lain pun kau sama sekali tidak aneh. Bahkan jika kau bertanya dengan orang-orang disini! Mereka akan menyebutmu wanita tercantik yang mereka temui."

Aku tidak berani mempertaruhkannya!

"Kau mau melihatnya?"

Melihat apa?

Corliss mendekat dan membawa tubuhku pergi keluar jendela. Apa yang dia lakukan? Aku meninggalkan jubahku di penginapan. Mereka akan melihat wajahku! Aku menutup mataku, bagaimana ini?

Aku tidak ingin mereka lari!

"Permisi! Apa kau ingin melihat seorang malaikat? Buka matamu, Iv!"

Aku mendongak dan melihat seorang perempuan membawa bayi. Wajahnya tampak memerah dan menutup mulutnya. Dia takut padaku! 

"Apa yang kau lakukan Corliss?"

"Lihatlah Ivy!"

Dia takut padaku! Apa yang harus kulihat lagi?

"A-pa kau benar-benar malaikat?"

"Bu-kan!" Aku memalingkan wajahku.

Malaikat memiliki sayap yang sangat cantik.

"Kau sangat cantik!" Pujinya membuatku tak percaya.

Corliss menurunkan tubuhku, dia mendorongku ke perempuan ini. Apa yang kukatakan padanya?  Tubuh dan mulutku tak bisa bergerak.

"Apa kau bisa memberkati anak ku?"

Memberkati?

"Sayangnya aku tidak bisa melakukannya, tapi teman-temanku bisa memberi berkat mereka."

Peri-peri berkumpul dan mengelilingi anaknya. Bayi yang terlihat menggemaskan dengan pipi merahnya. Dia tertawa dan menyentuh peri-peri yang tak terlihat oleh mata manusia lainnya.

"Apa ini? Kenapa anakku tertawa sendiri?"

"Para peri sedang bermain dengannya. Dia tidak akan mudah sakit, semoga kesehatan selalu menyertainya." Aku menyentuh tangan kecilnya.

Sangat kecil dan imut!

"Terima kasih! Terima kasih banyak!"

Ini tidak buruk!

"Ayo, Iv! Kau punya agenda lainnya menyelusuri tempat ini!"

Corliss menarikku sebelum aku berpamitan. Apa yang akan kami lakukan? Tempat ini lebih ramai di malam hari. Dimana Aldwin? Apa dia tidak terbangun?

"Corliss! Mereka melihat kita!" Aku menghentikan langkah Corliss.

Semau orang menatap kami sepanjang jalan.

"Tentu saja! Mereka sedang melihat para wanita cantik berjalan! Tegakkan badanmu dan berjalanlah seperti biasa! Lihat aku! Lakukan seperti ku dan percaya dirinya. Mereka tidak takut atau melihatmu aneh." Corliss menunjuk dirinya yang berjalan dengan sangat penuh kepercayaan diri.

Dia terlihat sangat keren melakukannya. Aku mencoba apa yang dilakukan Corliss. Entahlah, aku merasa ingin seperti dirinya. Dia seakan tidak peduli dengan pandangan orang lain padanya. Corliss seperti seorang yang tidak akan goyah oleh apapun juga.

Kakiku melangkah mengikutinya.

Mereka tetap melihatku. Tapi aku juga tidak ingin takut lagi.

Aku kuat!

Tidak masalah jika mereka akan mengejek penampilan ini. Aku tidak ingin menipu siapapun. Termasuk diriku sendiri.

"Corliss!"

"Ayo! Kita harus menemukan alkohol!"

Mungkin satu gelas cukup untuk malam panjang ini.

🌼🌼🌼

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Ksatria & Tuan Putri ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang