Sudah siap berimajinasi dan mengarungi dunia Fantasi bersama Alister?
Angin berhembus pelan melewati Pohon Beringin besar yang tumbuh di tengah Pemakaman membuat daun-daun yang menjuntai dari dahannya ikut bergoyang senada ke kiri diikuti suara khas yang membuat tenang sekaligus mengeluarkan aura yang membuat bulu kuduk berdiri.
Daun kecil yang berasal dari pohon lain, terbang pasrah ketika angin membawanya ke atas langit gelap yang baru saja menumpahkan air ke bumi membuat bau pericthor yang menyengat di indra penciuman.
Sampai angin membawa daunnya terbang lebih rendah secara vertikal, menyapu sulur rambut hitam dari sang gadis yang masih menangis sambil memeluk nisan.
Netranya mengerjap ketika bulu kuduknya berdiri saat lehernya di sapa angin lembut. Dia menarik lendir dari hidung lalu melepaskan pelukannya dan bangkit berdiri. Baru menyadari bahwa dia disini seorang diri.
Berdiri di tengah banyak gundukan tanah dengan langit mulai menggelap ditambah dia baru sadar bajunya basah. Tiba-tiba rasa takut menyergap, berbagai macam cerita horor tentang Pemakaman melintas di kepalanya membuat jantungnya berdebar kencang.
Gawat.
Dia harus cepat-cepat pergi.
Netranya melirik tulisan di batu berbentuk persegi sekali lagi, dia tersenyum kecil lalu berdehem.
"Aku pergi dulu. Ayah juga pasti bosan kan, mendengarkan aku menangis?" Sang gadis tertawa sampai menyipit padahal beberapa menit sebelumnya hanya kesedihan yang hinggap di hatinya.
"Selamat tinggal, Ayah. Kali ini, sungguhan." Sang gadis menarik napas, menguatkan diri. "Aku akan baik-baik saja, Ayah sendiri yang bilang kalau keluarga Paman yang akan menampungku adalah keluarga baik, kan? mengingat itu aku menjadi tenang meskipun sekarang sebatang kara."
"Jangan bertengkar dengan Ibu di alam sana! Aku pergi."
Syera Saliver, gadis berwajah Asia dengan netra berwarna diamond, dan bentuk wajah bulat itu mengulum bibir, berat rasanya pergi meninggalkan Ayah, masih tidak terbayang Ayahnya benar-benar menyusul Ibunya secepat ini.
Masih ada rasa bahwa Ayahnya masih ada di dunia, menyambutnya di pintu depan dan mengajak makan malam bersama.
Kebersamaan kecil yang hangat menjadi lebih berharga ketika pelakunya pergi selamanya.
Masih ada banyak rasa penyesalan yang meledak di dada, tapi hidup terus berjalan.
Syera menghembuskan napas, tiba-tiba rasa sedihnya menguap saat mendengar suara-suara aneh, ketakutan kembali mendera. Mungkin dirinya terlalu lama menangis dan menganggu kedamaian penghuni di sini.
Kalau begitu, berarti Syera harus cepat-cepat keluar dari kawasan Pemakaman ini.
Syera berbalik ingin mengambil langkah seribu untuk kabur namun netranya membelalak dan jeritan kencang repleks dia loloskan dari bibir ketika seorang pria tinggi sudah berdiri di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alister Franklin : Maldición
FantasyFantasi tinggi, dibumbui aksi dan misteri. Alister Franklin, penyihir hitam yang terkenal si pemilik wajah badut. Auranya suram, misterius dan susah didekati. Lebih suka meracuni babi di peternakan atau memasukan Troll ke dalam asrama ketiban bertem...