Bab 19: Acara sekolah membangkitkan sisi gelap para pemalas

138 22 0
                                    

Wanita paruh baya pemilik kulit kecoklatan mulus sempurna dengan lensa netra biru sebening samudra pemegang tahta kerajaan dunia bawah air sekaligus Petinggi Asosiasi dari bangsa Siren itu melangkahkan kakinya dengan anggun dan berwibawa di lantai pertama gedung Asosiasi setelah selesai baru saja selesai rapat. Di kawal dua pengawal yang mengenakan kemeja putih dan celana hitam yang salah satunya adalah ajudan sekaligus tangan kanannya.

"Nyonya Linea Matilda."

Matilda, petinggi dari bangsa Siren itu menoleh, mendapati wanita muda mengenakan seragam kemeja dan rok span selutut dengan name tag di dada kanannya. Bani, ajudan Matilda bergerak menghalangi Matilda dari resepsionis Asosiasi itu.

"Tidak apa-apa, Bani." Ujar Matilda membuat Bani bergeming, menatap wajah resepsionis sebelum menyingkir.

"Ada yang yang menitipkan surat dan menyuruh memberikannya pada anda." Wanita itu amplop coklat yang ia pegang di kedua sisinya.

"Siapa pengirimnya dan kenapa menitipkan pada resepsionis Asosiasi?" Tanya Bani.

"Saya tidak tahu, karena amplopnya sudah tergeletak di meja saya. Kalau begitu saya permisi." Ujarnya pamit dengan sopan.

Matilda bergeming, menatap amplop di tangannya sampai Bani menyahut.

"Sebaiknya anda abaikan saja, Ratu. Pengirimnya anonim dan suratnya tidak resmi, jika pengirim berniat mengirimkan surat, dia bisa mengirimkannya langsung kepada Kerajaan bawah air dengan identitas pengirim yang jelas." Ujar Bani.

"Karena bisa jadi ini adalah sebuah surat main-main?" Tanya Matilda membuat Bani mengangguk. "Namun bisa juga ini adalah surat yang penting, aku tidak akan tahu jika tidak membukanya, Bani."

Matilda merobek amplop dan mengeluarkan isinya, terdapat beberapa lembar kertas yang dijepit oleh penjepit kertas di ujungnya. Netra biru itu membaca setiap tulisan yang tertera di sana dengan cepat sebelum mulutnya terbuka kecil, netranya membelalak dengan raut wajah terkejut.

"Ratu, ada apa?" Bani bertanya setelah melihat ekspresi wajah Matilda.

Matilda merenung, membaca tulisan itu sekali lagi. Ini ... Sihir terlarang untuk pembangkitan orang yang sudah meninggal. Dijelaskan secara rinci pengertian, proses dan pelaku yang hanya bisa mengaktifkan sihirnya.

Disebut sihir terlarang karena prosesnya membutuhkan banyak tumbal darah.

Matilda menyimpan kembali kertas itu ke dalam amplop bertepatan dengan pria tua pemilik rambut panjang berwarna krem berjalan melewatinya dengan tongkat di tangan.

Soren, petinggi dari bangsa Elf.

Amplop ini merupakan petunjuk sekaligus jebakan. Matilda harus menyelidikinya sendiri sebelum membawanya ke Asosiasi untuk ditindak lanjuti.

Matilda menoleh, menatap punggung Soren yang berjalan mendekat pintu raksasa untuk keluar dari gedung.

Jika memang benar dia pelakunya, tidak sepantasnya pembunuh berkeliaran membahayakan dan merampas banyak nyawa yang tidak bersalah.

**

Netra tajam dengan lingkaran hitam bulat seperti mata Panda itu menatap datar pada selebaran kertas di tangannya, sebelum mendengus dan berdecih sambil merolling netra.

Alister menggumamkan mantra membuat kertas putih yang ia genggam perlahan terbakar dan menjadi abu sebelum melangkahkan kakinya pergi dari depan pintu kelas.

Berbeda dengan Alister Franklin yang tidak mau ambil pusing, Syera Saliver berjalan menyusuri koridor sambil menunduk fokus membaca kertasnya lamat-lamat dan teliti dengan otaknya yang kelamaan menjadi pusing karena tidak berhasil menemukan jawaban apa yang akan dia tulis di Angket Minat dan Prospek Kerja Masa Depan yang baru saja dibagikan oleh pengajar.

Alister Franklin : MaldiciónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang