Bab 6 : Sekolah, tempat berkumpulnya impian dan kegelapan hati seseorang

231 26 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Gadis dengan rok beludru hitam selutut, ditambah sepatu pentofel warna hitam. Kemeja putihnya dibalut rompi bergaris berwarna biru dongker dan putih lalu memakai Jas Almamater yang juga berwarna hitam. Terdapat logo Academy---berbentuk bulat dengan gambar pohon bercabang banyak, terdapat lubang di tengah batang pohonnya. Terdapat tanda api, angin puting beliung, dan setetes air di atas gambar pohon tersebut yang ditempel di dada bagian kanan. Kedua pundaknya diberi pin untuk menahan jubah yang berkibar sepanjang roknya. Syera sudah rapi dengan seragam Academynya, duduk menyamping di sapu terbang milik Moses yang mengantarkannya ke Academy.

Moses sendiri belum memasuki usia untuk bersekolah di Academy.

Sedangkan Alister naik sapu terbangnya sendiri, melayang di depan Syera dengan seragam serupa. Bedanya terletak di jubah yang panjangnya sampai mata kaki.

"Sister, apa kau ingin melihat laut? Kita bisa mengambil jalan yang lebih jauh." Tawar Moses menoleh sekilas.

"Bolehkah? Apa Academy terletak dekat laut?" Tanya Syera berbinar.

"Tepat di samping laut." Jawab Moses menyunggingkan senyum sebelum berbelok mengambil arah yang berbeda dengan Alister.

Menerobos sampai keluar dari bagian hutan Academy dan sampai di pesisir pantai. Syera merespon takjub dengan netra berbinar. Moses membuat sapunya melayang tepat di bawah pesisir pantai.

Disebutkan bahwa warna laut merupakan pantulan dari matahari. Warna laut disini merupakan biru dongker yang lumayan gelap namun bersinar karena diterpa cahaya matahari. Ombak melaju menggerus pesisir pantai dengan pasir berwarna kuning kecoklatan yang bersinar layaknya emas.

"Indah sekali." Gumam Syera takjub, merasakan semilir angin membelai wajah dan sulur rambutnya.

"Itu Academynya, Sister."

Netra Syera mengerjap, mendapati bangunan selayaknya Istana yang bagian kiri bangunanya terletak di ujung jurang dengan ombak berdebur menggerus karang di bawahnya. Syera menginjakan kakinya ke tanah setelah Moses menurunkan sapu terbangnya.

Syera masih mematung tatkala Moses sudah pamit pulang. Dia berdiri tepat di Gerbang masuk Academy, terbuat dari pagar besi yang bercelah membuat siapapun dapat mengintip ke dalamnya. Syera melangkah masuk ketika pintu gerbangnya terbuka dengan sendirinya.

Syera takjub, halaman depan Academy sangat luas, terdapat tanah berumput hijau yang pendek terawat di depannya dengan pohon raksasa tanpa daun yang mempunyai banyak cabang dengan lubang berbentuk pejal di tengah batangnya.

Bangunan Academy Syera luar biasa megahnya. Berbentuk sepertu kerajaan dengan beberapa pilar bangunan di sampingnya. Bagian atasnya datar dan bertumpuk sebelum terdapat pilar bangunan yang lebih besar disana. Bahan bangunannya pun mewah dan berkilat berwarna kuning keemasan. Jendela-jendelanya menjulang tinggi dengan berbagai warna.

Alister Franklin : MaldiciónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang