Bab 4 : Alister Franklin adalah sosok kegelapan itu sendiri

230 24 0
                                    

Syera bergeming, tatapannya kosong, sisi kepalanya menempel pada meja kayu berbentuk bundar yang di simpan di samping rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Syera bergeming, tatapannya kosong, sisi kepalanya menempel pada meja kayu berbentuk bundar yang di simpan di samping rumah.

"Sister, kau tidak apa?"

"Setelah melihat ribuan hewan beracun yang bisa membunuhku dalam sekejap di lantai kamar, kau masih bertanya apa aku baik-baik saja?" Gumam Syera pelan.

"Kau mengatakan sesuatu, sister?" Moses yang duduk di depannya, bertanya.

Syera menggeleng, dia menegakan tubuhnya, wajahnya pucat pasi, takut masih mengelilingi hatinya dan membuat keringat dingin membasahi telapak tangannya.

"Aku memelihara ribuan kalajengking dalam kandang, dan mereka kabur dengan sendirinya. Jangan salahkan aku! Jika kau tidak ingin hal ini terulang, lebih baik kau angkat kaki dari sini."

Meskipun bibirnya berucap begitu tadi, tapi Syera hapal jika itu adalah ulah sepupunya Alister, yang maknanya adalah, cepat enyah dari hadapan Alister jika Syera masih mau selamat.

Syera mendesah pelan, ngeri juga berhadapan dengan Alister.

Tapi Syera menguatkan hati, dia mengepalkan tangannya, Syera harus tahan. Dia harus bisa menghadapi Alister karena mereka akan hidup bersama kedepannya.

"Aku mendengarmu meneriakan kata 'Anjir' apa artinya?"

"Ha?" Syera mengerjap. "Ah, itu ehm ... kata-kata umpatan dari dunia asalku. Jangan di tiru, itu tidak baik!"

"Maaf Ayah!! Aku kelepasan mengumpat lagi!" Syera menautkan kedua tangannya dan memejamkan netra, merasa menyesal.

"Kupikir Alister memang bisa membuat orang sesabar apapun menjadi naik darah." Ujar Moses terkekeh geli. "Oh, aku hampir lupa. Alister menyuruhmu menghampirinya di gudang belakang."

"Hm? Bukankah biasanya dia paling benci bertemu aku?"

"Dia mau meminta maaf atas kelakuannya tadi pagi mungkin." Moses mengedikan bahu.

Syera bergeming, kemudian mengangguk. "Tunjukan padaku dimana gudangnya."

**

"Alister? Kau disini?" Netra Syera mengedar pada ruangan kecil yang terbuat dari kayu dengan jendela persegi berukuran kecil di tengahnya.

Syera harus menyenggol dan menggeser barang yang berserakan dengan kaki untuk masuk lebih dalam.

Kosong.

Syera memutuskan menunggu tanpa pemikiran apapun di otaknya, menghampiri kursi kayu dan mendudukinya sampai ...

"Aw!!" Syera meringis merasakan ada yang menusuk pantatnya.

Batu. Tidak terlihat karena gelap.

Tangannya mengusap pantatnya sambil berjalan mundur dengan ringisan yang terus keluar dari bibir. Syera melotot ketika satu kakinya menginjak lantai licin membuatnya tergelincir ke belakang dan terjatuh tepat di atas tumpukan barang membuat asap tebal dari debu yang berterbangan.

Alister Franklin : MaldiciónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang