Bab 31 : Sisi Gelap Pertandingan Individu (5) Alister sang pembawa malapetaka

115 23 4
                                    

"Alister Franklin, sungguh anak yang penuh kejutan." Ujar Chyprian menyunggingkan senyum di kursinya.

"Apa Alister akan baik-baik saja ketika kehilangan darah sebanyak itu?" Tanya Syera dengan gurat khawatir yang terpatri jelas di wajahnya.

Claudine mengernyit dengan alis menyatu, menoleh menatap sisi samping wajah Syera. "Kupikir kau terkejut karena darahnya hitam, tapi ternyata kau hanya khawatir. Kenapa kau tidak terkejut?"

"Karena aku sudah mengetahuinya." Jawab Syera mengingat percakapannya saat Alister memberikan darah Moses untuk dirinya.

"Kenapa kau memberikan darah Moses bukannya darahmu sendiri?" Tanya Syera.

"Aku ingin, agar kau cepat enyah dari hadapanku. Namun, Ibu melarangnya." Jawab Alister dengan wajah menyebalkan.

"Alasannya?"

Alister menggores telunjuk kiri dengan kukunya membuat darah menetes, memperlihatkannya pada Syera yang membungkam mulutnya tidak percaya.

"Kenapa terkejut berlebihan? Bukankah kau sudah melihatnya saat mengobati lukaku yang terkena duri mawar?" Tanya Alister.

"Kau? Jadi yang aku lihat saat itu benar? Kupikir aku salah lihat dan saat itu aku tidak berani bertanya." Jawab Syera.

"Aku meragukannya ketika kau banyak bertanya bahkan saat pertama kali datang kesini." Ujar Alister mendengus pelan.

"Kenapa darahmu berwarna hitam? Apa mutasi atau sebagainya? Apa kau terkena penyakit itu sebabnya wajahmu...." Tanya Syera memperhatikan wajah Alister.

"Keluargaku yang lain tidak memiliki darah hitam seperti ini. Hanya aku. Ibu bilang dari lahir darahku memang seperti ini, dia bilang ini bisa jadi anugerah atau malapetaka namun aku lebih menyukai malapetaka." Jawab Alister membuat Syera meringis.

"Darahku mengandung racun."

"Jadi itu sebabnya, saat Paman Adamantine mengatakan bahwa kau bisa membuat mantra sihir dari elemen racun. Berarti tubuhmu tahan racun juga?" Tanya Syera membuat Alister berdehem mengiyakan.

"Sangat mengejutkan melihat darah yang keluar berwarna hitam." Komentar Zack membuat Vane mengangguk setuju.

"Aku pun baru pertama kali melihatnya.Namun daripada itu, kekalahan lebih dekat pada Alister ketika dia kehilangan banyak sekali darah seperti itu." Komentar Vane sebagai pembawa acara.

"Seharusnya aku sudah tidak terkejut namun kau selalu memberikan kejutan. Terimakasih untuk hiburannya, Franklin. Saatnya mengakhiri Pertandingan ini dengan kemenanganku. Kau tidak keberatan, kan?" Tanya Flynn sambil tertawa pelan.

Flynn mengangkat tangannya ke atas dengan posisi miring, mencakar udara membentuk angin panjang berwarna putih yang runcing di ujungnya dengan posisi miring dan terdapat tiga baris. Melesat cepat, mengincar Alister. Sepersekian detik angin itu menusuk dan membela bola mata Alister, saat itu juga kegelapan menyingsing, melahap semuanya yang nampak sampai sudut terkecil. Seperti memejamkan netra dan Alister membuka netranya paksa dengan napas sedikit memburu, mendapati dirinya terbaring di atas air.

Ini masih panggung di Colleseum. Namun semuanya gelap dan kosong. Tidak ada seorang pun di sini.

Terjadi lagi, seperti saat bertemu Doris Aqua di lautan.

Ini bukan sekedar khayalannya semata.

Jika saat itu yang muncul adalah Doris Aqua, penyihir yang membuat mantra sihir air dan data dirinya tertulis tepat setelah data diri Morwen Breeze.

Jika urutannya sesuai dengan buku, data diri penyihir di halaman setelah Doris Aqua adalah....

"Ignatius Benton?" Ujar Alister beranjak berdiri, menyisir seluruh Colleseum dan menemukan Pria berjubah hitam dengan warna rambut kelabu, duduk di atas dinding pembatas kursi penonton dengan hewan yang hinggap di sebelahnya.

Alister Franklin : MaldiciónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang