Kebosanan.
Rasa bosan hadir saat seseorang terlalu lama menatap wajah atau menghadapi perilaku yang sama dari satu orang. Tidak hanya itu, rasa bosan juga hadir saat seseorang melakukan sesuatu yang berulang secara terus-menerus.
Hanya waktu dua minggu membuat Alister dan Syera bosan setengah mati. Lalu bagaimana dengan Lucille yang menghabiskan seluruh waktunya berada di rumah tanpa pernah keluar untuk bersekolah atau sekedar jalan-jalan?
Dibandingkan Alister dan Syera, seharusnya Lucille yang tengah membakar kebun di halaman bekalang milik Adamantine agar tidak mati kebosanan.
Tapi tidak dia lakukan.
Seperti hari biasa lainnya, tangan Lucille sibuk mengolesi pahatan kayu buatannya dengan cat berwarna putih dan hitam. Rambut panjangnya dibiarkan terjuntai bahkan saat helai rambutnya menempel di topeng karena cat, dia abaikan.
Sebelah netranya yang tidak tertutup rambut melirik pada sepupunya yang baru turun dari lantai atas bersama adiknya.
"Bagaimana dengan lapisan pelindung yang dipasang Bibi Garnet? Bukankah kita harus izin terlebih dahulu agar dia membiarkan kita keluar tanpa terpanggang?" Tanya Syera.
"Kau gila? Otakmu memang tidak pernah bekerja! Jika kita meminta izin, Ibu akan menambah lapisan pelindungnya!" Ujar Alister memutar bola matanya malas.
"Lalu bagaimana kita melewati lapisan pelindungnya?"
"Kau tidak tahu kenapa aku mengajakmu hari ini? Karena Ayah dan Ibu sedang tidak di rumah." Ujar Alister sebelum merenggangkan bahu dan tangannya, "Aku akan menghancurkan lapisan pelindungnya."
"Kau bisa?" Tanya Syera membelalak sebelum mengernyit, "Jika kau bisa kenapa tidak mencobanya dari kemarin?"
"Akan aku coba, tidak ada yang tidak mungkin bagi diriku." Ujar Alister dengan dagu terangkat sambil keluar rumah.
Syera melengos kasar menatap punggung Alister sebelum netranya teralihkan pada Lucille yang menunduk, fokus membuat topengnya. Syera jadi mengerjap sebelum meneguk ludah dan duduk di sebelah Lucille dalam sofa berdebu yang sama.
Syera tertegun ketika Lucille mengarahkan tongkat sihir ke luar jendela membuat pisau bergerak sendiri untuk memahat kayu menjadi topeng.
"Sangat menarik! Aku tidak pernah tahu kau membuat topeng dengan cara yang keren!" Ujar Syera memekik senang membuat Lucille berjengit kecil, terkejut karena suaranya sebelum kembali menunduk dalam.
"Bisakah kau membuatkan satu untukku?" Tanya Syera dengan netra berbinar.
Lucille bergeming sebelum mengangguk pelan dan memberikan topeng yang baru selesai dia cat tanpa menatap Syera.
Syera menerimannya dengan satu tangan sebelum mengernyit saat catnya luntur ke jari.
"Ini masih basah." Gumam Syera meringis sebelum menyimpannya di meja.
"Bisakah kau membuatkanku topeng yang lain? Aku ingin topeng yang tidak bernuansa gelap. Aku ingin yang warnanya cerah." Ujar Syera sebelum melirikan netra pada bunga mawar yang merambat masuk ke jendela.
"Atau topeng dengan hiasan mawar sepertinya juga bagus. Kau tahu? Aku sangat menyukai bunga mawar!" Ujar Syera sebelum tersenyum kecil.
"Aku tunggu topengnya ya, Lucille!" Ujar Syera membuat Lucille tertegun.
Rasanya aneh saat Syera memanggil namanya.
Hatinya menjadi aneh.
"K-kau i-ingin pergi ke luar?" Syera membelalak sambil menoleh mendengar pertama kalinya Lucille berbicara padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alister Franklin : Maldición
FantasiFantasi tinggi, dibumbui aksi dan misteri. Alister Franklin, penyihir hitam yang terkenal si pemilik wajah badut. Auranya suram, misterius dan susah didekati. Lebih suka meracuni babi di peternakan atau memasukan Troll ke dalam asrama ketiban bertem...