Bab 119 : Last War in Hell (2) Turunnya perintah Ratu

71 15 2
                                    

"Kau tidak fokus. Jika pikiranmu buyar sedikit saja, energi sihir dalam tubuhmu tidak akan bisa kau kendalikan dan mantranya tidak akan bekerja."

Alister berdecak pelan sebelum menghembuskan napas dan memejamkan netranya secara perlahan.

Fokus.

Fokus.

Fokus.

Lelaki bernetra seputih rambutnya itu memperhatikan Alister lekat, dia duduk sambil menopang sebelah kakinya di atas paha yang lain dengan tangan menopang dagu.

Singgasana kristal yang dia buat sendiri dengan mantra sihirnya terlihat berkilau dibawah terpaan sinar matahari pesisir pantai. Ombak berdebur merdu di telinga dengan angin sepoi-sepoi yang sesekali mencium hela rambut mereka.

Ash duduk di singgasananya, menatap Alister yang tengah latihan mengucap mantra dengan benar.

"Ash sialan! Mana mungkin bocah sepuluh tahun sepertiku dapat menggunakan mantra tingkat tinggi!" Keluh Alister berdecak sebal, berdiri beberapa meter di depannya.

Ash menatapnya datar, "katanya kau ingin kuat."

"Memangnya ada penyihir sepuluh tahun dapat mengucap mantra tingkat tinggi?!" Tanya Alister sarkas sebelum menipiskan bibirnya, memutar bola natanya malas tatkala Ash menunjuk dirinya sendiri.

Ash mengulum senyum, tidak berpindah posisi. "Aku tidak menyuruhmu menguasai mantra itu saat ini. Kau bisa menguasainya kembali dan berlatih mengembangkannya setelah punya stigma sihir. Aku hanya memberikan mantra dasarnya saja."

Alister termenung sebelum menatap tongkat sihirnya sendiri, mantra rantai beracun yang diciptakan Ash ....

"Kau mendapatkannya mantranya
darimana? Mustahil penyihir elemen kristal dapat membuat mantra elemen lain."

"Entahlah," gumam Ash sambil menyeringai membuat Alister mengerjap.

"Dimana ya?"

*

Alister menghembuskan napas kasar sebelum membuka netranya perlahan, tubuh atasnya diguyur keringat dengan celana hitam yang sudah banyak berlubang.

Untunglah gua nenek ternyata seluas ini sampai Alister bisa leluasa latihan.
Dia harus menjadi kuat sebelum keluar saat Unitatem Tera mengadakan pesta untuk merayakan eksekusi Soren.
Tapi pikirannya terus melayang pada ingatan masa kecil dengan Ash.

Ternyata mengunci ingatannya dalam peti dan menguburnya, tidak serta merta membuat ingatan itu menghilang selamanya.

Alister sebenarnya enggan mengembangkan mantra rantai beracun yang diberi Ash, terlepas bukan Ash yang membuat mantranya ... tapi sebisa mungkin Alister tidak ingin berurusan dengan semua hal tentang Ash.

Sekecil apapun itu.

Namun yang menyebalkannya, ternyata mantra rantai racun itu sungguh berguna membuat Alister mengumpat.

Tanpa sadar dia mengembangkan mantranya.

Alister kembali meraup udara di sekitar sebelum menghembuskannya kasar. "Mari mulai gol."

Hewan kecil beracun itu mengangguk, bersiap dengan posisi akan berlari dengan empat kaki.

"Venenata catena." Gumam Alister menjulurkam tongkat sihirnya sebelum rantai hitam beracun muncul dari hadapan Gol dan menyerangnya.

Gol berlari menjauh, rantai itu mengejarnya sampai menabrak dinding gua yang membelokan lajunya menjadi ke atas, ke dinding, terus seperti itu sampai akhirnya membelit tubuh Gol.

Alister Franklin : MaldiciónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang