"Akhirnya kau datang kemari."
Netranya terbuka perlahan sebelum mengerjap, mengedarkan pandangan ke sekelilingnya yang merupakan tempat luas dengan tanah gersang sebelum mengalihkan atensi pada tumpukan tengkorak dan patung raksasa yang waktu itu pernah muncul bersamaan dengan kebangkitan Elijah di dimensi sihir tempatnya tinggal.
"Ternyata itu pindah kemari. Sepertinya Lilith sangat menyukaimu karena dia sudi memindahkan tumpukan tengkorak dan patung itu sekaligus ke neraka ini." Tukas Alister sarkas, berdiri beberapa meter di depan tumpukan tengkorak.
Meskipun Alister tidak tahu ini neraka bagian mana, itu tidak penting. Yang terpenting saat ini adalah mengalahkan hantu ngotot di depannya untuk menghentikan semuanya.
"Kau sama sepertiku, bukan?" Tanya Elijah yang duduk santai di atas tumpukan tengkorak yang merupakan singgasana pribadinya.
Alister merinding mendengarnya, "aku tidak sudi disamakan denganmu meskipun marga kita sama. Aku masih bernapas sedangkan kau sudah mati."
"Seharusnya kau bersyukur karena dengan kekuatan iblis itu kau masih bisa hidup saat ini, meskipun kau tidak berkontrak dengannya bukan?" Tukas Elijah membuat Alister mengernyit.
Dia sedang membicarakan tentang kemampuan Alister yang bisa bangkit dari kematian bukan?
"Apa kau menekan kontrak dengan Lilith sekarang? Tengkorak banyak bicara itu bilang kau tidak berkontrak dengannya." Tanya Alister membuat Elijah mengangguk samar.
"Memang tidak."
Tapi Elijah mampu meminta pertolongan besar pada Lilith seperti ini? Alister menipiskan bibir memikirkannya.
Sepertinya ratu neraka itu benar-benar jatuh cinta pada Elijah.
"Tapi itu bagus. Dengan begitu kau tidak akan bangkit kembali saat aku membunuhmu." Tukas Alister mengeluarkan tongkat sihir dari jubahnya sebelum menjulurkannya ke atas.
"Magico stigmate spell : venenum." Gumam Alister membuat lima petir hitam menyambar dari tongkatnya ke langit secara bersamaan.
Elijah menyipitkan netranya menatap stigma sihir milik Alister yang perlahan muncul di atas langit.
"Cantik bukan?"
Elijah mengernyit mendapat pertanyaan itu. "Stigma sihirmu?"
"Kematianmu selanjutnya." Tukas Alister dengan intonasi rendah sebelum menjulurkan tongkat sihirnya pada Elijah.
Jantungnya berdegup luar biasa kencang.
Mungkin inilah momen paling mendebarkan yang larut dalam bahaya dalam hidup Alister.
Mungkin inilah momen bahaya yang selama ini dia tunggu dalam hidup.
Mungkin inilah bahaya yang benar-benar dia cintai.
Sekali lagi, Alister adalah orang gila dengan fetis bahaya.
Senyum samar tertarik di bibir pria berambut panjang sepunggung itu sebelum terkekeh geli. Di pandangannya, Alister hanyalah penyihir kemarin sore yang dipilih takdir untuk mengalahkannya.
Elijah sama sekali tidak takut maupun gentar akan ramalan itu.
Karena baginya Alister ini penyihir lemah.
Memangnya anak berusia tujuh belas tahun bisa apa dengan tongkat sihirnya?
"Kau akan membunuhku?"
Alister menggertakan giginya mendengar sahutan bernada geli tersebut.
"Mampukah kau membunuhku? Karena jika membunuhku, artinya kau juga harus membunuh pemuda bernama Owen Berry yang kini adalah wadah energi sihir dan jiwaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alister Franklin : Maldición
FantasyFantasi tinggi, dibumbui aksi dan misteri. Alister Franklin, penyihir hitam yang terkenal si pemilik wajah badut. Auranya suram, misterius dan susah didekati. Lebih suka meracuni babi di peternakan atau memasukan Troll ke dalam asrama ketiban bertem...