Netranya mengerjap dengan mulut terbuka dengan gigi yang menggigit kain yang mengikat ke belakang kepalanya. Tubuhnya duduk di kursi dengan tangan diikat ke belakang. Silas mengernyit sebelum menangkap sebuah api kecil yang menyala di kegelapan sebelum dirinya terkejut dengan jantung hampir meloncat ketika mendapati wajah menyeramkan Alister yang nampak karena cahaya dari api yang menyala di ujung tongkat sihirnya.
Alister menggerakkan tongkatnya membuat semua lentera yang dipasang di rumah Silas menyala dengan apinya membuat Silas dapat melihat jelas sosok Alister dan Syera yang berdiri di depannya.
Alister berjalan mendekat dan menarik kain yang mengikat mulutnya dengan kasar sampai terlepas sebelum mundur kembali.
"Ternyata kau pelakunya! Lepaskan sebelum aku melaporkan dirimu, bocah!" Ancam Silas dengan netra berkilat marah.
"Kalau begitu aku tidak akan melepaskannya. Dengan begitu kau tidak bisa melaporkanku, bukan?" Ujar Alister mengedikan bahunya.
Gigi Silas bergemelutuk dengan wajah memerah. "Kau akan tahu akibatnya jika bermain-main dengan orang dewasa!"
"Kalau begitu kenapa kau tidak berubah saja menjadi Serigala dan melepaskan dirimu sendiri daripada merengek seperti pecundang?" Tanya Alister datar membuat raut wajah Silas menurun.
"Begitu, ya? Kau ... Tidak bisa berubah wujud?" Tanya Alister menyeringai menampilkan deret giginya membuat wajahnya nampak menyeramkan.
"Oleh karena itu kau tidak bisa menyelamatkan rekan kerjamu dari serangan pembunuh dan pada akhirnya hanya dapat menonton rekan kerjamu dibunuh." Ujar Alister sebelum mengedikan bahu. "Meskipun aku sudah menduganya. Namun ternyata kau benar-benar pecundang." Maki Alister dengan senyuman menyebalkannya.
"Suatu hari akan aku hancurkan senyumanmu itu!" Peringat Silas.
"Menyeramkan sekali." Ujar Alister datar sembari melangkah mendekat pada meja panjang dan mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya. "Namun, sebelum itu terjadi aku yang akan menghancurkanmu lebih dulu jika kau masih bersikeras menutup mulut." Ujarnya sembari membuka kain hitam tempat penyimpanan berbagai macam pisau berbeda bentuk dan ukuran.
"Alister?" Syera bergidik ngeri dibalik punggung Alister. "Kau tidak akan sampai membunuhnya, kan?"
"Tergantung sikap yang diambil dirinya." Jawab Alister mengambil salah satu pisau dan kembali mendekat pada Silas.
Alister berjongkok di depan kaki Silas, melepas sepatunya paksa. Dia memposisikan pisau pada jari jempolnya membuat Syera membelalak.
"Aku akan menusuk setiap jarimu jika kau tidak menjawab pertanyaanku. Apakah kau melihat pelaku pembunuhannya?" Tanya Alister.
Silas hanya menggeleng dan masih membual bahwa dirinya bukan saksi yang dimaksud Alister membuat Alister murka dan akan segera menusuk jarinya sampai tangannya ditahan dan ditarik ke belakang membuat tubuhnya ikut berdiri dan menatap nyalang pada Syera yang menganggu aksinya barusan.
"Kau sudah gila, ya? Kau akan menyakiti dia? Bagaimana jika dia jujur bahwa dia bukan saksi?" Tanya Syera.
"Sudah jelas jika dia saksi pembunuhan. Kau pikir aku akan mati-matian mengejar orang yang salah?" Tanya Alister dingin.
"Bisakah tidak usah memakai kekerasan? Mungkin dia tidak akan pernah menjawab jika kau terus berbuat kasar!" Tukas Syera mulai kehabisan kesabaran.
"Justru dia tidak akan pernah membuka mulut sebelum kehilangan semua jari kakinya!" Ujar Alister mulai menaikan intonasi bicaranya.
"Hentikan semua ini. Kenapa kau terobsesi dengan pembunuhan orang yang bahkan tidak kau kenal? Aku ragu sepupuku yang bernama Alister Franklin adalah orang yang peduli dengan orang lain." Ujar Syera mencoba merebut pisau dari tangan Alister.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alister Franklin : Maldición
FantasiFantasi tinggi, dibumbui aksi dan misteri. Alister Franklin, penyihir hitam yang terkenal si pemilik wajah badut. Auranya suram, misterius dan susah didekati. Lebih suka meracuni babi di peternakan atau memasukan Troll ke dalam asrama ketiban bertem...