Bab 94 : Franklin Family (2) Decision for Moses

118 19 0
                                    

Sorry gais, lagi-lagi aku blunder. Yang dialog paling akhir chap kemarin, pembantaian penyihir itu dilakukan belasan tahun lalu.

Bukan ratusan tahun lalu.

**

"Aku tidak ada di Unitatem Tera beberapa hari dan banyak hal gila yang terjadi?!" Tanya Claudine menggebrak meja di ruangan mading Club dengan koran di tangan.

"Pemimpin dan Petinggi Asosiasi dari bangsa Fairy di ganti oleh Ayah Tiri Iris, Ladger. Blossom Kiss meninggal karena penyakit dan Iris pergi meninggalkan Unitatem Tera. Belum lagi penyerangan Academy yang membuat Aurett Breeze hilang selama empat hari dan pulang dengan keadaan mati suri karena terkutuk segel darah." Owen menyebutkan—duduk di depan Claudine.

"Dan lagi, nyonya Aurett, dan kedua orang tua Alister juga Kakaknya, Lucille adalah pelaku pembantaian bangsa penyihir delapan belas tahun lalu?" Claudine membaca beritanya dengan suara melengking heboh.

"Bukankah ini benar-benar gila?" Tanya Owen menaikan kacamatanya.

"Kupikir bangsa penyihir musnah karena penyakit ternyata pembantaian." Tutur Claudine. "Bagaimana dengan orangtuamu, Owen? Kau bilang mereka berasal dari Unitatem Tera bukan? Apakah mereka juga termasuk korban...?"

Owen termenung sebelum menggeleng, "Aku tidak tahu, Nenek belum pernah membicarakan tentang bagaimana kematian keduanya. Dan lagi, bagaimana jika informasi ini palsu ... bahwa bukan mereka yang membunuh? Berita ini hanya manipulasi untuk menangkap Alister?"

"Tidak mungkin. Jika manipulasi, ini benar-benar berlebihan karena membawa nama Aurett Breeze. Kau tahu? Nyonya Aurett adalah pendeta besar yang sudah hidup ratusan tahun. Dia termasuk orang suci yang dikagumi dan disegani semua orang. Tidak mungkin Asosiasi berani macam-macam dengan memakai namanya hanya untuk menangkap narapidana macam Alister." Tukas Claudine.

Owen menunduk dengan gurat murung.

"Aku tahu perasaanmu tidak enak pada Alister dan Syera. Aku pun sama denganmu, mereka berdua adalah teman kita. Tapi keluarganya tersangka dan bisa jadi orang yang membunuh keluargamu ... aku tahu bagaimana perasaanmu, Owen." Tutur Claudine membuat Owen menatapnya sebelum menghembuskan napas kasar.

"Aku harus menanyakan ini langsung pada Alister, tapi mengingatnya yang menanyakan hal ini sepertinya Alister juga baru tahu tentang fakta keluarganya yang seorang pembunuh. Sayangnya sulit menemui Alister kecuali dia yang muncul lebih dulu. Aku harus tetap netral dan berpikiran waras sampai tahu kebenarannya." Tukas Owen.

"Aku khawatir dengan keadaan Syera. Kau sudah bertemu Bara?" Tanya Claudine membuat Owen menggeleng.

"Dia masih mengurung diri di kamar dan tidak mau bertemu siapapun. Mungkin butuh waktu sendiri."

**

Netranya memandang lurus pada pemandangan jejeran pohon dari balik jendela kamar asramanya. Buku yang terbuka dan alat tulis di tangan dia abaikan meskipun tadinya ingin mencoba mengalihkan pikiran namun tetap tidak berhasil.

Pikirannya terus terdistrak pada masalah yang mendera akhir-akhir.

Netranya mengerjap merasakan ada orang lain dalam kamar selain dirinya, tangannya perlahan mengambil tongkat sihir di atas meja sebelum berdiri dari duduknya dan menghadap belakang.

Bara berjengit terkejut dengan jantung mencelos tatkala mendapati seseorang bertopeng merah dengan glokereyes di pundak.

Bara memegang jantungnya sendiri dengan napas memburu dan pinggul menyentuh tepi meja, bersadar di sana sebelum menurunkan tongkat sihirnya.

"Alister?" Tanya Bara setelah deru napasnya tenang. "Bagaimana bisa kau masuk ke kamarku?"

"Tentu saja lewat pintu." Jawab Alister mengedikan dagu ke arah pintu di belakang. "Pintu yang tidak terkunci."

Alister Franklin : MaldiciónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang