Bab 85 : God Landing (11)

121 16 0
                                    

Perang itu terjadi hampir dua hari dua malam, Declan tidak menyangka tiga puluh tiga penyihir yang menghianatinya itu mampu menahan serangan stigma sihir milik Declan.

Tidak, bahkan semua orang bertarung memakai stigma sihir.

Seharusnya tempat sekitar mereka sudah luluh lantak namun berkat energi sihir yang tanpa batas di God Landing membuat tempat atau akar pohon raksasa yang hancur kembali seperti semula.

Semua penyihir terluka dengan tenaga yang hampir habis namun Declan nampak tidak sangat kelelahan seperti mereka.

Declan yang tengah berada di sapu terbangnya itu menoleh tatkala Eksekutif Crowel kembali membisikan sesuatu padanya.

"Kau benar. Sulit mengalahkan semua pemyihir yang dapat memakai stigma sihir sekaligus. Namun aku tidak dapat memanggil monster dari dunia bawah. Meskipun kita menyembah Lilith, beliau tidak mungkin sudi dipanggil oleh keroco lemah seperti kita apalagi kita tidak punya tumbal energi sihir sebanyak yang dia inginkan." Jawab Declan.

"Tidak perlu memanggil yang mulia Lilith ketua. Kita hanya perlu memanggil monster pengikutnya. Saya tahu tiga puluh tiga orang yang berkhianat pada anda adalah orang kuat, namun monster dari dunia bawah jauh lebih kuat. Saya yang akan memanggilnya." Eksekutif Crowel menawarkan diri membuat Declan mengangguk cepat.

"Laksanakan sekarang, dan bunuh mereka semua."

Eksekutif Crowel mengangguk sebelum mengangkat tongkat sihirnya ke atas kepala, menggumamkan sebuah mantra terlarang sebelum petir menggelegar di sekitar, sebuah lubang dimensi berwarna hitam dan berbau menyengat muncul di lereng gunung membuat semua perhatian teralihkan.

"Pengikutku sekalian! Naiklah ke atas sapu terbang dan lihatlah hukuman atas penghianatan yang mereka lakukan!" Tutur Declan membuat puluhan pengikut setianya memanggil sapu terbang dan terbang di belakang Declan.

Monster raksasa dengan tali hitam yang membebat seluruh tubuhnya muncul dari lubang dimensi sebelum mengaum membuat daun-daun berterbangan.

"Mereka dapat memanggil langsung monster dari dunia bawah?" Tanya Porbedi mendongkak mendapati monster tersebut.

Semua rekannya yang memberontak sontak diam sebelum ada yang mencoba menyerangnya dengan sihir namun tidak mempan meskipun dengan mantra dari stigma sihir membuat semuanya membelalak dengan tubuh merinding.

Penyihir yang menyerang barusan ditangkap menggunakan tangan si monster sebelum di telan hidup-hidup meninggalkan kengerian di benak masing-masing.

"Habis sudah ... kita tidak akan pernah menang melawannya!" Tutur Erol membuat Probedi meneguk ludah.

"Jika kita tidak mengalahkannya, maka ketua Declan akan mengincar anakku dan juga anak dari Anastasya." Gumam Probedi membuat Jiana dan Anastasya menoleh cemas.

"Kita bisa mengalahkannya!" Teriak Probedi mendongkak menatap monster itu.

"A-apa?! Tapi bagaimana caranya? Kita hanya akan dimakan hidup-hidup!"

"Ada mantra kuno dari keluarga Berry. Mantra yang sangat kuat namun butuh orang banyak dan energi sihir yang dimiliki seluruh tubuh kita." Tutur Probedi membuat semuanya tercengang.

"Maksudmu, kita akan mengorbankan nyawa kita untuk melawannya?" Tanya Erol membelalak tidak percaya.

"Tidak ada pilihan lain, aku tidak akan memaksa kalian. Namun alasan aku hidup sekarang adalah membawa kedamaian bagi hidup anakku. Aku tidak bisa berhenti disini dan aku tahu jika monster ini dibiarkan, tidak akan ada kedamaian bagi anakku ke depannya. Terpaksa aku, menyerahkan masa depan pada anak yang diramalkan." Ujar Probedi membuat semuanya tersentak.

Alister Franklin : MaldiciónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang