Meskipun enggan dan menyedihkan tapi Alister akui bahwa levelnya masih jauh jika harus berhadapan dengan penyihir yang sudah awakening dan mempunyai stigma sihir.
Jika kembali merunut pada pertarungannya dengan Declan, setelah mati oleh pedang dari stigma sihir Declan dan setelah bangkit kembali, Alister merasa pulih seketika dan energi sihirnya kembali penuh.
Dia merasa full power.
Dan merasa energi sihirnya jauh lebih kuat saat dia akan memenggal Declan.
Meskipun sialnya memang saat itu Declan juga sudah melemah setelah pertarungan gila-gilaan dengan Parkemi maka dari itu Alister dapat membunuhnya.
Namun ada sesuatu yang berbeda saat dirinya hidup kembali.
Persetan apapun itu, tujuan Alister datang ke God Landing selain menanyakan pembantaian yang pastinya sudah diduga tidak akan langsung mendapat jawabannya.
Tujuan utamanya adalah mengenai awakening Alister.
Selain karena tingkat kepercayaan dirinya yang tinggi, agaknya Alister yakin level dirinya saat ini seharusnya sudah mengalami awakening namun kenapa tidak terlaksana juga?
Delona yang ingin memberi jawaban pun nampak dicegah oleh si api sialan tadi.
Entah apa alasannya.
Alister jadi mengumpat dalam hati bersamaan dengan tubuhnya yang tenggelam ke dasar laut setelah serangan barusan. Jika begini terus dan Alister tidak kunjung awakening, maka tidak akan ada yang berubah.
Alister tidak akan bisa menggapai jawaban dari teka-teki yang sudah setengah dia lalui di jalan berbatu ini.
Alister muak ketika dirinya tidak berhasil menggapai apapun.
Entah itu tangan orang yang berharga atau jawaban atas pertanyaannya.
Selama hidup, Alister tidak pernah menginginkan apapun selain kesendirian dalam kegelapan tanpa suara.
Dia tidak berambisi menjadi pahlawan ataupun tokoh apapun dalam hidup.
Alister juga tidak mempunyai cita-cita yang mengharuskan dia menggapainya sekuat tenaga.
Sebab itu kehidupan yang dijalaninya menjadi monoton dan membosankan. Kehidupan sekolah pun tidak bisa diharapkan apalagi tidak ada lawan dan bahaya yang dapat menggetarkan adrenalin Alister.
Namun satu keputusan yang diambil Alister saat mengatakan iya untuk menjaga Syera, jelas mengubah seluruh tatanan hidupnya yang monoton.
Alister akui adrenalin bahaya dalam jiwanya meronta begitu Syera datang dengan kutukannya. Hatinya yang tergerak untuk menjalani peran sebagai anak yang diramalkan saja Alister terima karena memecahkan teka-teki dengan jalan terjal yang berbahaya adalah hal yang tidak bisa Alister lewatkan begitu saja.
Pengalaman dan bahaya seru yang telah dia lalui sampai saat ini membuat Alister menyadari bahwa dunia ini luas.
Alister telah menjadi katak yang selama ini terkurung dalam tempurung yang di sebut Academy dan kenyamanan di sudut tergelap rumah.
Pada akhirnya, Alister juga ikut penasaran akan seperti apa semua ini berjalan sampai akhirnya nanti.
Pada akhirnya, keinginan Alister adalah untuk menjadi lebih kuat dari orang lain.
Omong kosong menjadi lebih kuat untuk menjadi ekspetasi orang.
Pada akhirnya, rasa benci Alister akan seberapa menyedihkannya dirinya jika tidak berkutik melawan lawan yang lebih kuat yang menjadi pendorong keinginannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alister Franklin : Maldición
FantasyFantasi tinggi, dibumbui aksi dan misteri. Alister Franklin, penyihir hitam yang terkenal si pemilik wajah badut. Auranya suram, misterius dan susah didekati. Lebih suka meracuni babi di peternakan atau memasukan Troll ke dalam asrama ketiban bertem...