Bab 63 : War (1) Segelap lumpur

110 19 4
                                    

Beck menggumamkan mantra sebelum menodongkan tongkat sihirnya ke atas, ribuan panah yang terbuat dari lumpur muncul di atas kepalanya sebelum melesat pada Parkemi yang hanya berdiri diam sambil menguap.

Ikan berkepala singa melompat ke atas kepala Parkemi dan menggigit semua panah yang hendak mengenai Parkemi membuat Beck menyeringai.

Semua panah yang dipatahkan oleh gigi ikan beperkepala singa meledak di dalam mulutnya membuat beberapa gigi patah dan berdarah. Beck melesat dan sudah berdiri di sisi Parkemi yang lumayan terkejut dengan kecepatannya. Beck menggumamkan mantra sebelum mengarahkan tongkat sihirnya ke langit, membuat panah lumpur turun bagai hujan yang mengarah langsung ke kepala Parkemi.

Parkemi membuka mulutnya sebelum bernyanyi membuat ikan kepala Singa memuntahkan gelembung air yang mengurung Parkemi di dalamnya. Ratusan panah itu menancap pada gelembung air sebelum meleleh, bercampur dengan air dan meledak bersamaan dengan Parkemi yang meloncat keluar dari sana.

"Hoaam, lumayan juga." Ujar Parkemi.

"Terimakasi atas pujian anda." Ujar Beck sebelum kembali menodong Parkemi dengan tongkat sihirnya dan bergumam,

"Vertere terram in luto."

Parkemi tersentak tatkala tanah yang dia pijak berubah menjadi lumpur, menarik kakinya untuk tenggelam lebih dalam sebelum lumpurnya kembali menjadi tanah keras yang mengunci Parkemi di sana.

Parkemi tersentak kecil tatkala Beck sudah berada di depannya dan melayangkan tinju yang dibalut energi sihir berwarna kecoklatan, menghantam wajah Parkemi sampai tubuhnya terlepas dari tanah dan terdorong beberapa meter sampai berhenti karena menabrak pohon.

Parkemi merosot ke bawah sebelum meludahkan darah, beberapa gigi depannya retak dan tulang hidungnya patah membuatnya mimisan.

"Biasanya penyihir itu petarung jarak jauh, tapi kau petarung jarak dekat juga, ya?" Tanya Parkemi sebelum kembali berdiri dan mengusap darah mimisannya dengan kasar.

Beck hanya tersenyum sopan sebelum kembali mengarahkan tongkat pada Parkemi, mengubah tanah menjadi lumpur kembali. Parkemi membuka mulutnya lebar, mengeluarkan gelombang suara membuat ikan kepala Singa berkaki Harimau itu membuka mulut dan seekor ikan berwarna nila —yang besarnya melebihi ukuran manusia namun lebih kecil dari ikan kepala singa— meloncat keluar dari mulut ikan kepala Singa dan berenang di lumpur buatan Beck, menghampiri Parkemi yang melompat ke punggung untuk menaikinya.

"Menarik sekali ya, hewan air yang bisa bernapas di daratan." Puji Beck sebelum tertawa pelan.

Ikan berwarna nila itu berenang di lumpur namun hanya setengah badannya yang berada di lumpur, mengepakan ekornya untuk melompat ke udara sebelum lumpurnya berubah kembali menjadi tanah. Parkemi kembali bersenandung membuat ikan yang ditungganginya merentangkan kedua sirip yang perlahan berubah menjadi panjang, mengepakan sirip transparannya seolah itu sayap membuatnya dapat terbang di udara.

"Ikan yang dapat terbang? Sungguh, penelitian anda bersama Petinggi Asosiasi Soren dapat menghasilkan hal yang mustahil, ya?" Tanya Beck sambil mendongkak.

"Sepertinya Organisasimu mengawasi semua tindak-tanduk penduduk Unitatem Tera. Apa hanya petinggi saja?" Tanya Parkemi membuat Beck tertawa.

"Tentu saja. Apalagi eksekusi Tuan Soren sangat membantu Organisasi kami menjadi bebas berkeliaran karena pemerintah mengira Tuan Sorenlah pembunuh berantainya." Ujar Beck menyeringai membuat Parkemi mengepalkan tangannya dengan rahang mengeras.

"Benar yang dikatakan Alister dan Lat, Organisasi tudung merahlah pembunuh berantainya. Artinya kau juga yang menfitnah Soren?"

Beck tertawa sambil menggeleng dengan netra memejam, "Bahkan ketua kami pun berterimakasih kepada orang yang membuat Ratu distrik Siren menuduh Soren yang baik hati sebagai pelakunya."

Alister Franklin : MaldiciónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang