Bab 68 : War (6) Segelap kebenaran

112 19 4
                                    

Alister mengakui bahwa ketua Organisasi tudung merah memang kuat. Dia mempunyai aura sihir dan energi sihir yang bahkan jauh melebihi dirinya, Alister bisa merasakannya. Namun, Alister akan mengalahkannya.

Harus.

Sedari tadi Declan hanya menghindar atau menangkis serangan dari dirinya. Dia sama sekali belum bertarung dengan serius karena terlalu meremehkan Alister. Tapi itu hal bagus, Alister akan mengalahkannya saat Declan tidak serius.

Dia harus mengantisipasi penggunaan teleportasi milik Declan. Mantra itu memang sangat berguna namun tetap ada celahnya.

Alister harus memanfaatkan celah itu. Untuk kemenangan sempurna. Dia sudah punya rencana untuk mengalahkan Declan dalam serangan terakhirnya. Tubuh Alister sudah banyak terluka, meskipun dia masih bisa memaksakan diri, namun tidak dapat dipungkiri kesadarannya bisa hilang kapan saja karena terlalu banyak menggunakan mantra tingkat tinggi di saat bersamaan.

Alister mengubah pedangnya menjadi tongkat sihir kembali sebelum menodongkannya jauh ke tanah di bawah sebelum meneriakan mantra sihir.

"Venenum radix."

Ribuan akar hitam kembali muncul dari dalam tanah, memanjang ke atas mengincar Declan dari berbagai sisi, mengurungnya dari bawah.

"Oh, kali ini aku tidak bisa kabur ke samping, ya?" Tanya Declan santai.

Alister kembali menodongkan tangannya ke atas kepala, menyebutkan mantra sihir angin tingkat tinggi membuat suara auman naga kembali terdengar, angin puting beliung muncul dari langit, menyerang Declan di bawahnya yang menyeringai sambil terkekeh geli.

"Kau akan menggunakan taktik yang sama lagi? Bukankah yang sebelumnya sudah gagal? Sepertinya kau benar-benar putus asa." Ujar Declan tertawa sepersekian detik sebelum angin puting beliung mendorongnya dari atas ke akar di bawah.

Angin puting beliung itu berputar terus ke bawah, mengurung ribuan akar di dalamnya, menghancurkan dan menerbangkan akar racun yang berada di luarnya.

Seharusnya Declan sudah tertusuk ribuan akar racun di dalam angin puting beliung yang mengurungnya agar tidak bisa kabur.

Iya, seharusnya begitu.

Namun, Declan sekarang tengah di tudungi energi sihir berwarna biru yang berada beberapa meter dari angin puting beliung tersebut. Dia melarikan diri dengan mantra teleportasi.

Declan yang masih berdiri di atas sapu terbangnya tertawa pelan, "Lihat? Serangan terkuatmu tidak mempan bukan? Kau ternyata lemah sekali. Meskipun mantramu termasuk tingkat tinggi, di kombinasikan pun tidak cukup untuk mengalahkanku. Bahkan tidak melukai diriku sama sekali. Aku menyesal telah memujimu bertambah kuat. Kau masih sangat jauh untuk bergabung ke dalam Organisasi milikku. Yah ... apa yang aku harapkan dari anak bau kencur sepertimu."

"Iya, terimakasih karena sudah meremehkanku." Ujar Alister membuat Declan mengangkat sebelah alisnya.

Declan mengerjap sebelum tersadar sesuatu, dia menundukan kepala mendapati di bawah sapu terbangnya terdapat gambar bintang hitam yang di setiap ujungnya terdapat bulat bergambar bintang lagi.

"Venenata catena." Gumam Alister membuat lima rantai hitam beracun keluar dari setiap bulatan di ujung bintang dalam lingkaran sihir.

Masing-masing lantai mengikat kedua kaki, perut serta tangannya yang masih utuh yang sedang menggenggam pedang air. Satu rantai lagi mengikat tangan air Declan, mengalirkan racun dalam tangan tiruan tersebut yang berubah menjadi hitam.

"ARRRGHHHH!!" Teriak Declan ketika rantainya membelit dan membusukan kulit Declan sebelum merubahnya menjadi abu. Kulit di pergelangan tangan dan kakinya sudah habis menjadi abu membuat rantainya mengikat tulangnya langsung.

Alister Franklin : MaldiciónTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang