2. Bersulang

1.9K 135 4
                                    

👑👑👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👑👑👑

"Jadi gitu ceritanya, Yun!" Catur bercerita sambil membersihkan meja kopi di depannya.

"Anjirrrr. Kok bisa sih?" Perempuan yang tengah mengecek pemasukan hari ini di meja kasir itu pun kesal sendiri mendengar cerita Catur.

"Iya makannya itu, untung dia masih nerima gue tinggal semalam lagi tapi besok gue musti pindah ini. Gimana dong?"

Yuni berjalan mendekati Catur dan mengguncang bahunya.

"Tur, Lo denger gue!"

"Hmm?" Balas Catur seadanya.

"Keknya ini permainan mereka deh, dan seperti yang elu bilang mereka kakak adik kan?" Yuni masih memegang kedua bahu Catur sambil mencoba menyalurkan pemikirannya.

"Iya. Apalagi Mba Reka itu agak tomboy, keliatannya mereka mirip banget." Wajah Catur masih lesu.

"Nah. Lu pertahanin rumah itu, paling ga sampai masa kontrak lu habis tahun depan."

"Ya tapi apa mau, mas Dwi nya?"

"Reka itu kakaknya kan? Artinya dia harus bertanggungjawab juga atas kelakuan kakaknya."

"Beneran?"

"Iya! Tekan balik tuh tuan tanah." Yuni begitu bersemangat kini, mendengar kisah yang dituturkan Catur membuat dirinya merasa teman kerjanya ini harus bisa melawan balik dan jangan pasrah.

"Yun, gue udah cerita ga sih kalo tuan tanah gue ini serem." Pandangan Catur beralih fokus pada yang berjalan masuk ke cafe.

"Seseram apa sih? Paling sereman bokap gue." Yuni kini berkacak pinggang setelah mengatakan itu.

Catur mendekati telinga Yuni yang masih berdiri didepannya.

"Lo liat tuh!" Bisik catur saat seseorang sudah sampai di meja kasir.

"Anjirrrr! Panjang umurnya." Yuni bergidik ngeri pada tubuh tegap dibelakangnya.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Ucap Yuni ramah setelah tiba di depan meja kasir.

"Medium Americano double shot, satu. Small Matcha latte less ice, satu. Medium Olongtea less sugar, satu. Teruuuuus strawberry shortcake 2, cheese cake 1. Mineral botol small, satu." Suara berat itu menginterupsi, matanya fokus gawai di tangan.

Pesanannya langsung di catat oleh Yuni yang jarinya kini sibuk bermain di depan layar tab kasir.

"Take away or dine in?" Tanya Yuni tetap ramah.

"Dine in." Dwi membuka maskernya dan mengambil tissue di depan kasir.

Ha Chim
Suara bersin yang layaknya bapak-bapak itu agak mengagetkan orang-orang yang tengah mengunjungi Cafe. 

"Bless you~"

"Alhamdulillah."

Mereka berkata bersamaan lalu kembali ke gawai masing-masing.

24.3 Jenselle AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang