👑👑👑
"Catur?" Panggil seseorang dari belakang wanita dengan tangan penuh kotak bertumpuk.
"Oh? Hy, den? Belum dapat yah? Nih." Catur memberikan kotak kue yang sedari tadi ia bagikan ke pengguna jalan yang lewat.
Tangan yang sebelumnya memegang stang motor itu pun meraih kotak kue yang isinya adalah sebotol air mineral, kurma juga 2 macam kue sweet dan savory untuk buka puasa. Karena ini Jumat berkah, Cafe tempat catur berkeja membagikan takjil di lampu merah setelah solat Jumat. Selain sebagai ajang promosi, dengan berbagi akan menambah rejeki ke cafenya seperti saran Catur.
"Tur? Lu sibuk, gak?" Aden tiba-tiba bertanya seperti itu kepada catur yang tengah membagikan kotak-kotak terakhir ke beberapa pengendara di samping motor Aden.
Mendengar Aden yang tiba-tiba berbicara, Catur pun ragu untuk menjawab apalagi lampu sudah berubah kuning.
"Di jalanan ini, den." Yang diajak berbicara mundur kembali ke trotoar.
Mendengar itu, Aden pun meminggirkan motornya ke trotoar dan mundur manual. Catur bersikap sopan dengan menunggu hal yang akan dikatakan suami temannya, mungkin Aden ingin membeli sesuatu untuk Prima dari cafe.
"Apa bener lu nikah sama Dwi itu terpaksa?" Wajah Catur tak dapat menyembunyikan ekspresi kaget sekaligus bingung. "Hah? Apa-apaan sih pertanyaannya?"
Catur pun mundur setelah menampakkan gelagat ketahuan melakukan sesuatu yang tak pantas.
"Gue cuman mau tau kebenarannya." Lanjut pria yang kini sudah melepaskan helm dan berjalan mengekori yang masuk kedalam Cafe.
"Kebenaran apa? Gue nikah sama siapa dan untuk apa itu bukan urusan Lo." Ungkap Catur dengan suara cukup lantan dan besar. Dirinya berani menjawab seperti tadi karena ingat dua rekan kerja lainnya kini sedang off untuk ibadah Paskah.
"Gue cuman mau memperbaiki kesalahan gue yang dulu." Tambah Aden dan membuat kerutan bingung di kening Catur makin terlihat.
"Apa lu bilang?"
"Gue ngaku, dulu gue jahat banget sama Lo. Tapi itu ada alasannya."
"Den, lu kenapa jadi drama banget sih?"
"Ya gue masih ngerasa berdosa, Tur! Gue ninggalin Lo tanpa penjelasan." Aden masih coba meyakinkan Catur untuk terbuka padanya dengan mengakui kesalahan yang dulu-dulu.
"Kalaupun lu kasih penjelasan, gue udah ga butuh. Lu telat banget. Telat satu tahun dan sekarang gue-."
"Tapi-"
"LU SUAMI ORANG!" Suara catur meninggi, "Gue udah nikah dan kalaupun karena terpaksa, itu bukan urusan lu." Lanjutnya dengan suara mengecil, ia harus bisa menahan emosi dia masih mencoba menjaga puasanya hari ini.
Wajah catur sungguh tidak bersahabat kini, pandangannya pun teralih dari wajah Aden ke pintu kaca cafe yang terbuka dan sadar ada sosok lain yang melihat pertengkaran mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
24.3 Jenselle AU
FanfictionCatur ditipu saat menyewa sebuah rumah dengan harga murah. Dia tidak bisa keluar dari sana karena beberapa alasan. Sementara Dwi, sang pemilik asli rumah tersebut berusaha hidup tenang di kediamannya setelah 6 bulan lebih di atas laut. Catur Rahayu...