9. Hari biasa

1K 142 82
                                    

👑👑👑

Dwi baru selesai Jum'atan bersama Anan dan menghampiri Aron yang sedari tadi menemani Catur di dalam gedung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dwi baru selesai Jum'atan bersama Anan dan menghampiri Aron yang sedari tadi menemani Catur di dalam gedung.

Acara nikah massal itu sempat terpotong waktu Jumatan dan juga makan siang kini kembali dilanjutkan setelah MC kembali naik ke atas panggung dan mengundang hadirin untuk kembali bergabung.

"Liat apaan lu?" Tanya Dwi langsung menghampiri Aron yang senyam-senyum menghadap gawainya.

"Midun nih belum ada sehari gue tinggal, masa udah ribut aja sama toko sebelah. Sampe masuk story si Jum lagi." Aron pun memperlihatkan layarnya dan membuahkan tawa pada sosok dingin di mata calon istrinya itu.

"Hahaha, keknya lu musti balik dah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hahaha, keknya lu musti balik dah. Habis toko lu ntar kalo diserahin ke mereka." Saran Dwi membuat Aron berfikir. Dia sebenarnya tidak enak untuk meninggalkan acara ini, mengingat pertemanan mereka sudah cukup lama dan ikatan antara mereka bahkan lebih dari pada saudara.

Sedangkan bagi Dwi, Aron sudah sangat banyak membantu. Dia sudah berada di sana sejak pagi, menjemput Catur bersiap-siap dari rumah MUA bahkan menemani Catur selama menunggu Dwi selesai Jum'atan.

"Udah ga apa, lagian lu udah banyak banget ngebantuin gue." Dwi meyakinkan Aron yang masih duduk di kursi berbentuk sofa itu. Setelah diyakinkan Aron pun berdiri

"Gue balik duluan kalo gitu, sorry ya ga bisa nemenin sampe selesai."
Keduanya pun berjalan beriringan menjauh dari Catur yang sedari tadi setia mendengarkan.

"Iya. Makasih Koh, hati-hati di jalan." Catur menunjukkan rasa terimakasihnya dengan membungkukkan badan dan tersenyum ramah.

Melihat begitu santainya Dwi yang masih bisa tersenyum bahkan tertawa seperti tadi malah membuat Catur kembali gugup.

"Tur, gue ke panitia sebentar yah. Mau nanya giliran kita apa masih lama." Pamit Anan itu hanya ditanggapi anggukan Catur. Perempuan itu kembali sendirian.

Catur melihat lagi penampilannya di layar gawai yang selalu setia di genggaman. Wajah dengan riasan yang terkesan natural adalah pilihannya, ditambah dengan rambutnya yang sanggul simple juga poni yang dibuat secara dadakan tadi malam. Menampakkan keanggunan yang sekaligus manis dirinya.

24.3 Jenselle AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang