24. Sesat🌙

883 136 193
                                    

🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

"Aduh!" Rintih sebuah suara perempuan tidak jauh dari Bening.

Dengan segera gadis itu pun menghampiri yang mengaduh sambil menenteng tas belanja itu.

"Maaf kak, aku ga sengaja." Bening begitu menyesali perbuatannya, namun saat melihat wajah korban tendangan kerikil itu Bening agak kaget kemudian malah hampir tersenyum.

"Iya ga apa. Lain kali liat liat kalo mau nendang kerikil."

"Iya."

"Kamu, anaknya yang punya Bening Beuty?" Catur kini sadar siapa gadis dengan baju tidur ini.

"Bener."

"Kakak yang waktu itu makeup sama mamah saya kan?" Bening memastikan jika dia tidak salah orang walaupun wajah tanpa riasan gadis ini tidak begitu jauh dengannya saat bergaun pengantin beberapa Minggu lalu.

"Iya bener."

"Kalo gitu, nih!" Bening menyerahkan bawaannya kepada catur.

"Wah apa ini?" Yang diberikan tentu tersenyum senang.

Alhamdulillah, kagak usah masak.

"Babi keladi dari mamah."

"Hah?" Cepat-cepat Catur meletakkan rantang 3 susun itu di atas pagar tetangga.

"Kenapa kak? Panas yah?" Bening jadi kaget karena reflek Catur hampir membuat masakan mamanya jatuh.

"Hmm. Engga kaget aja." Jujur Catur.

"Oh. Sampein ke yi-yi Sungwan itu dari Mamah."

"Siapa itu?"

"Ibu mertua kakak kan?"

"Hah? Ga salah kamu?" Catur jadi bingung sendiri.

"Ga kok. Ini buat mertua kakak dari mamah." Bening berucap dengan yakin.

"Ya tapi mertua aku udah meninggal?"

"Ya Buddha! Kapan?" Kini Bening ikutan bingung sekaligus kaget.

"Udah lama. Lagian ini babi keladi kamu bawa balik deh!" Catur mengambil rantang itu dan memberikannya kembali kepada Bening.

"Loh! Kok suruh bawa balik sih!"

"Orang pada puasa!"
"Ini tuh buat koh Aron!"
Keduanya mengatakan hampir bersamaan dan memberi respon yang sama.

"Hah?"

Keduanya terdiam beberapa detik untuk mencerna informasi dan mendalami kondisi keduanya yang sama-sama bingung.

"Kalian ngapain sih?" Kepala Aron muncul dari balik tembok dimana tadi ia bersama Dwi baru selesai menelepon Anan .

Tubuh tinggi itu mendatangi keduanya karena mendengar namanya sempat diucapkan beberapa kali.

"Ini nih, koh. Masa katanya Ayi Wan udah meninggal."

Mendengar info yang kurang valid itu, Catur yang sedang menahan nafsu untuk marah kini mulai meninggikan suaranya.

"Eh! Jan bikin puasa gue batal ya, lagian gue ga kenal siapa itu Ayi wan."

"Itu Mamah nya Aron." Kini badan Dwi sudah berada di belakang Catur.

"Tapi tadi kata kakak mertuanya udah meninggal."

"Memang ibu saya sudah meninggal." Dwi berucap sebelum Catur sempat menjawab.

"Tunggu tunggu tunggu. Jadi kakak bukan istrinya Koh Aron."

"Hah?" Entah sudah berapa kali Catur kosplay menjadi penjual kelomang setelah bertemu gadis kecil ini. Sedangkan Dwi dan Aron saling lihat dan mengambil nafas panjang.

"Sepertinya ada kesalahpahaman, deh." Aron coba menangkap konteks antara Catur dan Bening.

Setelah mendengar kejadian dibalik tembok yang cukup membuatnya menahan tawa agar Bening tidak malu, akhirnya Aron menceritakan siapa Catur ini.

Setelah mendengar cerita lengkapnya perempuan yang sebelumnya murung itu kini tersenyum cerah.

"Ya ampun maaf ya, kak. Sorry ini tadi buat mamahnya koh Aron. Malah kasih ke kakak!" Bening cuman bisa senyam-senyum kemudian memberikan rantangan 3 susun itu ke alamat yang benar kini.

"Emang itu apa?" Tanya Dwi dengan wajah tanpa dosa.

"Babi keladi." Ujar kedua perempuan itu dengan ekspresi berbeda, Catur dengan amarah yang sepertinya belum reda dan Bening dengan wajah full senyum.

Kedua suami istri itu akhirnya berjalan berdampingan meninggalkan Aron yang katanya ingin kembali ke toko dan gadis kecil seumuran Kimi yang katanya merupakan penggemar konco kentel Dwi itu.

"Soal tadi waktu di rumah, maaf yah?" Dwi mengawali obrolan siang itu dengan sesuatu yang sebenernya ingin dilupakan Catur.

"Santai, gue tau kok lu ga sengaja." Seiring Catur mengatakan itu langkah kakinya semakin cepat.

Dwi sadar seperti dia membuat Catur tidak nyaman hingga perempuan itu ingin cepat-cepat pergi darinya.

"Kimi sendirian di rumah?"

"Ga. Lagi di cafe tadi ikut ngantar kue ke Yuni."

"Ya udah. Gue ikut ke cafe ya jemput dia sekalian."

"Oke. Mau buka pakai apa hari ini?" Catur terdengar lebih santai daripada sebelumnya.

"Kimi kemarin pengen pizza, gimana kalo itu aja?"

"Oke."

Sepertinya memang hanya Kimi alasan mereka untuk bisa akrab dan belajar menjadi keluarga seutuhnya.

🌸🌸🌸
20230210

"Kok masih di sini? Rantang lu kan udah gue salin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kok masih di sini? Rantang lu kan udah gue salin."

"Mama titip saus tiram, yang kecil."

"Oooh. Nih, bawa aja."

"Beneran?"

"Hmmm."

"Makasih, koh." 💕

🦋🦋

Bagaimana kisah Dua Empat sejauh ini?

Kisah siapa yang paling bikin kalian penasaran?

Apa yang kalian tunggu kedepannya?

Terimakasih sudah membaca dan mendukung Dua Empat 😘💕

24.3 Jenselle AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang