40. Rindu

1K 116 197
                                    

🌑🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘🌑

"Sudah?"Kimi yang berada dikursi penumpang itu sudah mengeratkan seatbeltnya sebelum menjawab, "Sudah! Yuk, jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Sudah?"
Kimi yang berada dikursi penumpang itu sudah mengeratkan seatbeltnya sebelum menjawab, "Sudah! Yuk, jalan."

Mobil tipe beetle tahun 1989 itu melaju melewati jalanan aspal dan lampu merah menuju keluar kota. Hari ini jalur puncak dibuka satu arah, pun jalur tidak begitu padat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat dari biasanya.

Ini pertamakalinya bagi Kimi ikut Anan diacara keluarganya, sebelumnya Anan hanya sering bercerita bagaimana Kakaknya dan kini Kimi benar-benar akan bertemu secara langsung.

Saat tiba di Villa keluarga Anan, Kimi agak terkejut betapa besarnya bangunan ini. Bahkan ada danau besar tak jauh dari tebing di samping bangunan ini.

"Haaaai! Kimi ya?" Sapa sebuah suara membuat yang baru keluar dari mobil itu kaget.

"Iya."

"Kimi, kenalin ini Tante Indah."

"Dih, apaan tante? Panggil kakak aja, ya?"

"I-iya. Kak Indah."

"Gitu, dong." Indah nampak puas dengan panggilan Kimi kali ini, "Lu kalo mau tua jan ajak-ajak gue, gue mah masih muda ini." Tambahnya sebelum menggaet lengan Kimi untuk diajak masuk.

"Kalian kok lama? Di dalam kang mamat udah selesai bikin api. Tinggal nunggu mateng aja itu keknya." Kicau Indah nampak ramah dan langsung ingin berbaur dengan Kimi yang lebih muda darinya itu.

"Iya tadi disekolah Kimi ada rapat ekskul dulu."

Setelah masuk pun ternyata ada keluarga Anan yang lain, seorang pria tinggi bernama Hamzah, pria yang lebih pendek bernama Tendean, perempuan yang sepertinya seumuran Kak Indah bernama Mirey dan Celine yang juga bersepupu dengan Anan. Mereka duduk melingkar di sofa ruang tengah dengan berbagai hidangan yang sudah disiapkan oleh asisten rumah tangga.

Awalnya Kimi mengira jika ia akan membantu menyiapakan hingga menghidangkan seperti yang biasa ia lakukan ketika masak bersama anak kost, nyatanya ini lebih ke acara mengobrol antar sepupu. Ia sepertinya tidak seharusnya ada di sini. Apalagi Anan sempat hilang karena mengobrol dengan Kak Indah bersama seorang Ajudan yang entah sejak kapan ada diantara mereka.

Jika tau seperti ini, lebih baik Kimi menghabiskan malam sabtunya di kamar Nirmala sambil menonton drama korea. Apalagi pandangan mata para sepupu Anan tidak lepas dari tindakan Kimi.

Bahkan saking gugupnya, sosis yang sisa sedikit itu lepas dari garpu dan gigitan Kim hingga jatuh ke lantai. Belum sempat ia raih tangan gadis itu sudah ditahan Anan dan yang kotor itu dibersihkan oleh Mba Lala.

"Maaf, ya! Mbak."

"Ga apa, neng."

"Imut bener cewe lu, nan?" Yang dikenal sebagai Mirey itu bersuara sambil menumpu punggung tangannya dikedua pipinya sambil melihat Kimi.

24.3 Jenselle AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang