18. Kenangan 🌙

850 146 98
                                    

👑🌙😽💕

Dwi duduk ditempat biasa ia selalu duduk ketika makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dwi duduk ditempat biasa ia selalu duduk ketika makan. Kini pria itu kembali melalang buana saat Catur meletakkan nasi panas di depan Dwi yang masih memperhatikan bagian basah di leher baju yang digunakan perempuan itu .

Cukup nasinya saja yang panas wajahnya, jangan. Kembali Dwi menghitung mundur dengan mata terpejam.

Ia mempelajari ini dari Kutube, bayangkan tempat yang tenang dengan hamparan sawah ketika ia merasa tersulut nafsu biologis.

Tidak bisa dipungkiri Dwi tetaplah laki-laki. Sebelumnya Dwi sudah meminta Catur mengurangi menggunakan daster saat dirumah. Gunakan celana dan kaos saja. Tapi nyatanya bukan pakaian Catur yang salah. Otak Dwi saja yang kotor. Mana ini bulan puasa masa masih cab*l juga padahal para setan lagi dikurung.

Setelah membuka mata ternyata Catur malah ikut memejamkan mata dengan tangan yang menyatu juga menadah.

Pandangan mereka bertemu dan Catur mengusap wajahnya dengan tangan dan berucap, "Aamiin."

Jadi dari tadi gue dikira doa sama dia?

"Mas. Lain kali doanya nyaring aja biar aku bisa ikut aminin." Catur menyuapkan buah setelah meneguk satu gelas penuh air putih.

"Iya." Jawab Dwi sekenanya.

"Habis ini kamu yang baca doanya yah, niat puasa."

"Oke."

Melihat Catur yang sudah menghabiskan buahnya kini beranjak menuju piring nasi yang sepertinya sengaja ini tunggu agak dingin.

Dari tadi Dwi belum menyentuh nasinya dan memperhatikan catur yang makan dengan lahap.

Melihat itu Catur sadar, seharusnya dia lebih peka. Catur pun mengambil piring Dwi dan memotong kecil-kecil lauk di sana.

Sepertinya hanya Catur keluarga yang Dwi miliki kini. Walaupun Dia juga penyebab tangannya seperti ini tapi tidak dapat dipungkiri kehadiran perempuan ini untuk merawatnya bahkan sebelum sakit mengingatkan Dwi pada almarhumah ibunya.

Wanita paruh baya dengan senyuman manis itu akan memotongkan buah untuk Dwi saat ia tengah sibuk mengerjakan PR.
Bahkan jika Dwi belum menyentuh buahnya maka tangan yang telah membesarkannya itu akan menusukkan sebuah apel dan langsung menyuapi Dwi tanpa henti walaupun tangannya kala itu masih sibuk dengan pulpen dan buku. 

"Udah, Bun. Dwi bisa sendiri."
"Uti, Kimi juga mau."
Walaupun kadang perhatian Ibunya terpecah saat kehadiran Kimi. Nyatanya ia begitu bersyukur Ibunya masih memberikan perhatian padanya.

"Mas buru. Tar keburu imsak." Omelan Catur yang piringnya sudah bersih dari makanan itu menyadarkan Dwi.

"Catur?"

"Hmm?" Sahut yang perempuan tanpa memperhatikan dan beranjak membereskan alat makannya ke depan bak cuci piring.

"Boleh suapin pepayanya, ga?"

Catur yang baru selesai mencuci tangan itu berbalik dan mendapati Dwi menatapnya dengan wajah sendu.

"Segini kegedean, ga?" Tanya Catur menyuapkan sebongkah besar pepaya dan dibalas gelengan oleh Dwi.

Dwi makan dengan lahap mengingat memang sebentar lagi sudah imsakiyah. Membuat Catur kini mengambil alih piring Dwi yang belum disentuhnya.

"Mas pelan-pelan, dikunyah yang bener!" Catur agak ngeri dengan cara makan Dwi yang seperti kesetanan.

"Harusnya nyiapin makannya lebih awal, yah? Biar ga keburu gini."

"Udah ga apa." Dwi malah berfikir jika dia yang dari tadi bengong juga lah, penyebab kini ia seperti dikejar waktu imsak.

Setelah selesai makan dan minum yang banyak keduanya masuk ke kamar mandi bersamaan dan Catur membantu menyiapkan sikat gigi untuk Dwi dan miliknya.

Dwi menerima itu dan kini mulai menggosok giginya dengan cepat.

Catur sendiri yang juga terburu waktu itu, kini mengambil air kumur dari tap langsung dengan mulutnya.

Saat membersihkan sisa pasta gigi  kedua bibirnya, wanita itu kaget karena Dwi ingin melakukan hal yang sama. Berkumur langsung dari tap. Mungkin bibir mereka akan bersentuhan jika saja Catur masih mengguyur bibirnya di tap itu.

Dwi selesai dan tangan kirinya langsung menarik tangan kanan Catur keluar dari kamar mandi.

"Buru baca niatnya." Karena sudah berada di luar kamar mandi Catur pun mengeraskan suaranya untuk berniat dan diamini oleh Dwi.

👑👑👑
20230218

"Tau ga bedanya kamu sama angka sembilan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tau ga bedanya kamu sama angka sembilan?"

"Apaan?"

"Kalo sembilan nine, kalo Catur-"

"Apa?"

"Pfffth, dah ah ga jadi."

"Loh, Mas! Apaan?"

"Ga jadi nanti aja."

24.3 Jenselle AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang