👑👑👑
"Ih merem makannya!" Suara memerintah itu terdengar menggema di kamar mandi sebuah rumah di dalam gang.
"Lu seriusan bisa motong rambut?" Tanya yang kini mengikuti perintah lawan bicaranya.
"Bisa lah, gue aja ga pernah ke salon dan selalu potong sendiri." Bangga Catur pada diri sendiri.
Sebenernya alasan dia tidak pernah ke salon ya untuk berhemat. Selain itu, memotong rambut adalah hal yang ia bisa lakukan sendiri.
Bermodal belajar dari Kutub dan peralatan potong rambut dari e-commerce dia sudah bisa menjadi stylish pribadi bagi dirinya dan kini bagi suaminya yang masih duduk di toilet kamar mandi sambil memegang baskom sayur untuk menadah rambut di pahanya.
"Awas aja sampe aneh!" Ancam Dwi membuat Catur kesal karena lagi-lagi Dwi membuka matanya.
"Merem!" Lagi-lagi Dwi diperintah.
"Kalau di atas laut cukurannya gimana?"
Out of nowhere, Catur bertanya saat masih menipiskan bagian poni Dwi yang memang tebal itu.
"Lo penasaran?" Dwi bertanya sambil masih menutup matanya.
"Nanya doang, bukan penasaran." Catur masih menyisir bagian poni yang kini sudah lebih tipis dari sebelumnya dan tentu saja tidak menusuk mata seperti sebelumnya.
"Hmmmm." Merasa jawaban yang ditunggunya tidak kunjung dikatakan Catur jadi sewot sendiri.
"Ya udah sih kalau ga mau dijawab juga ga masalah." Mendengar nada bicara Catur yang terdengar sewot Dwi berusaha menahan tawanya.
"Biasa gue minta tolong kru kapal. Mereka selalu bawa peralatan cukur sendiri." Perkataan Dwi itu menjawab pertanyaan Catur beberapa detik lalu.
"Oh gitu? Bagus dong." Kini catur mulai membersihkan leher dan juga wajah Dwi dari potongan-potongan kecil rambut.
"Ada pertanyaan lagi ga nih Bu wartawan?" Tanya Dwi seketika membuka mata dan Catur sedang mengambil potongan-potongan kecil rambut di hidung mancung Dwi.
Agak kaget, spontan tubuh Catur langsung tegap dan wanita itu mulai memungut koran yang tadi berada di sekitar toilet duduk.
"Ga ada." Dwi yang sedang memeriksa hasil potongan rambut istrinya itu pun tak menanggapi lagi perkataan Catur.
"Kalo gitu boleh ga gue yang nanya?" Alis catur menyempit.
Sejak kapan ni orang kalo nanya musti ijin dulu?
"Tanya aja?" Catur pun mempersilahkan Dwi bertanya.
"Lu pake apa?" Wajah Dwi tidak menampakkan ekspresi apapun. Tetap datar dan sangar.
"Hah?" Catur agak bingung atas pertanyaan Dwi.
Pakai apa? Baju? Celana? Atau yang lain?
"Muka lu pakai apa? Kok bisa mulus?" Catur sering mendengar ini. Wajahnya memang tahan banting alias jarang sekali bermasalah, tapi jika sudah musim panas dan cuaca kering pasti eksimnya akan kambuh.
"Oh, pakai itu." Tunjuk Catur pada serangkaian skincare miliknya yang ada di vanity.
"Boleh ga gue-"
"Boleh."
Loh beneran boleh?
Sebelumnya Dwi mau minta izin untuk bisa pegang wajah Catur, sewaktu bilang boleh malah istrinya itu meminta Dwi sedikit menunduk, memakaikan kembali penjepit rambu dan membubuhkan milk cleanser. Ternyata wanita itu salah paham, sebelum ini Dwi sempat merutuki perkataannya yang jika dipikir kurang sopan untuk menyentuh wajah Catur.
Tapi kini malah Catur yang memijat wajahnya dan membersihkan milk cleanser itu dengan face tonic.
"Biar glowing." kekeh Catur. Membuat Dwi mengambil gambar mirror selfy yang sedang membersihkan wajahnya melalui cermin.
"Gue mau masak makan siang. Lu ada request?" Catur selesai membereskan lantai kamar mandi dan bertanya."Lu emang bisa masak apa aja?" Dwi yang terlihat senang akan apa yang sudah Catur perbuat pada rambut dan wajahnya kini bertanya.
"Kalo dari bahan di dapur pengen bikin cah sawi putih sama ikan nila goreng di penyet pake sambel jeruk." Ungkap Catur membuat cairan dari kelenjar di bawah lidah Dwi mulai keluar.
Artinya dia suka makanan itu. Sudah sejak lama ia tak pernah makan ikan disambal seperti kata istrinya.
Dapur di Laut selalu menyediakan catering yang sesuai dengan lidah penumpang yang rata-rata orang luar maka ia begitu senang kini mendengar hidangan yang ditawarkan Catur.
Walaupun ia harus tetap menjaga ekspresinya untuk terlihat biasa saja kini.
"Boleh deh."
👑
👑👑👑
20230203
KAMU SEDANG MEMBACA
24.3 Jenselle AU
FanfictionCatur ditipu saat menyewa sebuah rumah dengan harga murah. Dia tidak bisa keluar dari sana karena beberapa alasan. Sementara Dwi, sang pemilik asli rumah tersebut berusaha hidup tenang di kediamannya setelah 6 bulan lebih di atas laut. Catur Rahayu...